RESOLUSI KEPEMIMPINAN INDONESIA
"RESOLUSI KEPEMIMPINAN 2014"
Muhammad Fadhly Thahir
Entah sampai kapan diri ini berhenti bangga kepada Bung Karno.
Presiden pertama RI yang hingga kini namanya terus menyejarah. Terlepas
dari kontroversi kehidupan pribadinya di akhir-akhir masa
kepemimpinanya, Soekarno masih memiliki lebih banyak sumbangsih tak
ternilai untuk bangsa ini. Soekarno, saat itu setara menjadi salah satu
pemimpin paling disegani di dunia. Di Dunia bukan di Asia saja. Pemimpin
dimana para pemimpin Eropa pun mengakui kehebatan tokoh proklamator RI
ini. Namanya tercatat pada ribuan karya tulis dari berbagai belahan
dunia. bahkan namanya diabadikan menjadi nama jalan, patung di luar
negeri. Saat itu Soekarno menjadi idola masyarakat dunia dengan ide-ide
dan kualitas kepemimpinannya.
Memasuki tahun 2014,
bangsa ini layak membuka semangat optimisme untuk menatap hari-hari yang
lebih baik kedepannya. Tahun 2014 adalah tahun politik bagi rakyat
indonesia. tidak lama lagi pesta demokrasi terbesar akan digelar di
negeri gemah ripah loh jinawi ini. Pemilihan Umum Presiden tepatnya.
Momen dimana bangsa Indonesia memilih pemimpin negerinya untuk rentang 5
tahun kedepan. Momen yang sangat menentukan bagi masa depan negeri
berjuta impian dan surga dunia ini. Tak cerdas dalam memilih akan
berakibat fatal. Indonesia telah memiliki 6 presiden sepanjang sejarah
negeri ini terbentuk. Namun, tak semua dari presiden itu memberi rasa
bangga kepada tumpah darahnya.
Sedikit saya mengantar
cakrawala berpikir kita tentang satu pemimpin hebat yang pernah dimiliki
Indonesia, Soekarno. Saat itu di depan maket Stadion Senayan, Bung
Karno menunjuk-nunjukkan tongkatnya ke maket rencana Stadion “Ini…ini
akan jadi Stadion terbesar di dunia, ini adalah awal bangsa kita
menjadi bintang pedoman bangsa-bangsa di dunia, semua olahraga dari
negara-negara di dunia ini, berlomba disini. Kita tunjukkan pada dunia,
Indonesia bangsa yang besar, yang mampu maju ke muka memimpin
pembebasan bangsa-bangsa di dunia menuju dunia barunya”.Stadion inilah yang kita kenal dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Markas Tim Nasional Indonesia.
Lalu Sukarno memanggil pematung Sunarso dan berkata :
“Coba dari arah lurus ini, kamu buat Patung Selamat Datang, disinilah
patung yang akan jadi gerbang bangsa kita, awal dari mula sejarah
berpikir kita. Jakarta akan jadi kota dunia, ini impianku, dari Stadion
Senayan ini akan dilingkari pusat-pusat kebudayaan, kita akan
melahirkan bukan saja atlet-atlet handal tapi pelukis-pelukis jempolan,
penari-penari kelas dunia, dan penyanyi-penyanyi yang lagunya bisa
membangkitkan suara surga dari tanah Nusantara. Cobalah Sunarso aku
ingin lihat karyamu, patung-patungmu akan memberi jiwa bagi bangkitnya
bangsa kita ke muka dunia Internasional. Monumenmu yang kau bangun
adalah kehormatan”.
Kemudian Bung Karno diperlihatkan maket jalan Semanggi : “Semanggi
ini perlambang bunga yang imbang, dari susunan daunnya dan batangnya.
Ini seperti bangsa kita yang menyukai keindahan, dan taukah kamu…eh
Bandrio, eh Jenderal Suprayogi, eh Sutami….keindahan itu adalah
keseimbangan” kata Bung Karno dengan mata penuh kemenangan.
Utusan Jepang untuk persiapan Asian Games 1962 berdecak kagum pada
bangsa Indonesia. “Ini bangsa gila, bisa menyiapkan seluruh soal dalam
hitungan bulan, dengan membangun Stadion raksasa sekaligus pemindahan
penduduk tanpa ribut-ribut. Kepemimpinannya luar biasa.”
Bung Karno dengan akal cerdasnya tidak membangun Stadion dengan
hutang atau pake dana APBN dimanipulasi proyeknya seperti yang terjadi
sekarang. Tapi ia memboyong semua menterinya ke Tokyo. Sukarno tinggal
di Tokyo 18 hari, beliau juga sering ke Tokyo selain 18 hari itu. Disana
Sukarno melobi seluruh pejabat-pejabat Jepang. Bahkan Mochtar Lubis
dalam sebuah sindirannya berkata : “Gila, Ibukota RI pindah ke Tokyo”.
Ini benar juga soalnya Robert Kennedy yang sedang melobi Soekarno harus
ke Tokyo bukan ke Jakarta, semua pekerjaan dilaporkan para menteri ke
Tokyo.
Dari Tokyo ini Soekarno mendapat pampasan perang Jepang. Beda dengan
lobi gaya Sjahrir yang membuat Indonesia harus membayar kepada
Belanda, lobi kepada Jepang justru membuat Jepang harus membayar
pampasan perang kepada Indonesia, itulah hebatnya Soekarno. Dengan
pampasan perang itu Soekarno membangun Stadion paling hebat sedunia,
Soekarno membangun Jembatan Ampera, Soekarno membangun banyak hotel agar
Jakarta dipersiapkan jadi kota Internasional. Soekarno membangun
jalan-jalan raya seperti Semanggi yang sampai sekarang masih dibanggakan
bangsa Indonesia. Itulah warisan Soekarno pada kita.
Coba kita lihat sekarang, dibawah kepemimpinan SBY kita bisa
merasakan betapa mirisnya keadaan negeri ini. SBY seakan bermain-main
dengan logika sehat rakyat. Kasus Nazaruddin, kasus tak tau malu
Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng, Mega proyek
Hambalang, Wisma atlet palembang, Century. Acara Sea Games yang
berantakan karena dana proyek belum turun serta dana yang dikorup,
maling tanpa moralitas. BBM diutak atik hingga rakyat pusing,
dipermainkan layaknya sirkus jalanan. Harga diri bangsa tergadaikan demi
fulus. Hancurlah perut bumi dan sakitlah ia saat korporator asing
mengeruk kekayaan alam negeri disaat royalty yang masuk ke negara diluar
akal sehat. Kedaulatan negeri terus dirongrong karena ketidaktegasan
pemerintah. Inilah serusak-rusaknya zaman. Pemimpinnya tak bisa berbuat
banyak, tak tegas, tak mewakili representasi seorang leader yang lahir
dari rahim militer.
Rekor buruk kepemimpinan SBY hanya
bisa disaingi oleh Presiden kelima RI, Megawati. Pada saat itu Indonesia
terkenal dengan penjualan pion-pion negeri untuk pelunasan utang
negara. Dengan alasan itu, Mega menjual aset-aset negara dan BUMN.
Privatisasi juga dilakukan terhadap saham-saham perusahaan yang diambil
alih pemerintah sebagai kompensasi pengembalian kredit BLBI dengan
nilai penjualan hanya sekitar 20% dari total nilai BLBI. Bahkan, BUMN
sehat seperti PT Indosat, PT Aneka Tambang, dan PT Timah pun ikut
diprivatisasi. Selama tiga tahun pemerintahan ini terjadi privatisasi
BUMN dengan nilai Rp3,5 triliun pada 2001; Rp7,7 triliun pada 2002; dan
Rp7,3 triliun pada 2003. Jadi, total sebanyak Rp18,5 triliun yang
berhasil didapatkan Mega saat itu. Edan.
Tahun 2014 ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang betul-betul tahu bagaimana
cara menjadi seorang pemimpin. Menjadi The True Leader. Bekerja dalam
realitas plural dan multikultural negeri. Harus tahu bagaimana memimpin
dengan berbagai macam eksepsi kehidupan, tahu bagaimana cara memimpin
dengan landasan batu bata agama, keikhlasan, kemampuan yang komprehensif
merespon realitas, professional, visioner, tegas, berdedikasi tinggi,
menjadi pemerhati yang baik, berwawasan lokal dan kebangsaan, berpikir
modern dan global, bekerja dengan irama totalitas serta yang terpenting
adalah memimpin dan bekerja atas nama cinta.
Mampukah
pemimpin Indonesia yang terpilih nantinya mengintegralkan nilai-nilai
positif dari pemimpin sebelumnya? NIlai positif dari Soekarno, Soeharto,
Habibie dan Gusdur. Kita tunggu saja episodenya. Bung Karno bangsa ini merindukan dirimu dan
mimpimu..!!!
#ResolusiKepemimpinanNegeri
#TheNextLeader
0 comments:
Post a Comment