Saturday, January 18, 2014

PELANGI CINTA



"PELANGI CINTA"

MUHAMMAD FADHLY THAHIR

Cinta tak pernah hadir dengan satu bahasa. Cinta khan selalu hadir dengan beribu bahasa. Bahasa cinta tak selamanya mengalun indah bak deretan melodi musik instrumental. Bahasa cinta kadang pula hadir dengan irama luka bak gesekan biola sedan mendayu. Terkadang juga ia hadir dengan gelombang musik semangat menggelora. Namun tak jarang pula ia hadir dengan paduan bahasa mendalam maknawi cinta. Mengalun mengikuti irama angin berhembus . Membawa angan dan harapan terbang bersama semilir angin malam. Menyatu bersama tenangnya embun pagi di dedaunan. Meneteskan padanan rasa ke bumi cinta dan mengalir bersama riak-riak kedamaian sungai cinta.
Atas landasan bahasa cinta itulah ia hadir dengan segenap warna dalam kehidupan manusia. Ia tak semena-mena hadir dengan bahasa suka dan bahagia. Bukan karena cinta egois dan ingin menguasai katup realitas manusia. Tidak. Justru dengan itu ia mengajarkan arti kesetiaan dan kekuatan cinta kepada manusia. Sedih dan luka adalah fragmen citarasa cinta. Menguji sejauh mana kesucian cinta dalam diri anak manusia. Bilakah karena sedih dan luka lalu ia pergi menjauh dari kenyataan cinta. Bilakah karena sedih dan luka ia terjatuh dalam nestapa mendalam. Bilakah karena sedih dan luka ia hampa memandang dunia. Semuanya akan menjadi antitesa dalam nilai cinta. Sedih dan luka bukan alasan untuk pergi menjauh, jatuh dalam nestapa dan hampa memandang dunia. Bahwasanya justru semuanya akan menjadi karang kokoh yang terbentuk dari puing-puing luka yang menjadi sejarah.
Bahwasanya karena luka dan sedih itulah yang membuat kita harus terenyah dan haru saat melihat kisah cinta anak manusia yang tak biasa. Ingatkah kita pada kisah cinta melegenda Romeo and Juliet karya William Shakespeare, Zahid dan Afirah melalui kisah cinta anak manusia dari kota Kufah, Qais dan Layla dari daratan Persia, Zainuddin dan Hayati dalam narasi Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Siti Nurbaya dan Samsul Bahri dalam kisah Kasih Tak Sampai karya Marah Rusli, Sampek dan Engtay dalam legenda Romantisme Cina. Apa yang terjadi pada mereka adalah sebuah realitas luka cinta yang tak biasa. Bilakah kita telah membaca dan mendalami apa yang tersaji di hadapan kita niscaya kita khan menemukan sebuah kepedihan teramat mendalam. Dalam.
Saya dan mungkin juga sebagian besar orang yang memiliki kepekaan rasa yang tinggi mengalami hal yang sama. Seringkali tatapan nanar mendalam hinggap pada diri ini ketika kembali membaca kisah mengharu biru dari cinta anak manusia. Cinta suci yang lahir dari bersihnya jiwa dan lapangnya nurani. Kisah yang membuka mata batin terdalam kita. Disini kita mendapat pelajaran berharga tentang kekuatan dan ketulusan cinta. Maknawi itu tersaji saat dua anak manusia yang saling mencinta namun harus mengalami cobaan cinta saat keduanya tak dipersatukan dalam sebuah ikatan yang suci. Itulah yang terjadi pada sederet kisah cinta yang menyejarah tadi. Perih. Pasti kita bisa merasakannya. Disaat itu pula, kita tak bisa menjamin bahwa diri kita sanggup melakoni apa yang mereka lakonkan. Melihat dan mendengar kabar bahwa pujaan hati kita bersanding dengan lelaki atau wanita lain. Ataukah seseorang yang kita harapkan menjadi pendamping hidup kita pergi meninggalkan kita karena takdir yang menyebabkan ia tak kuasa lagi menahan perih cinta terpisahkan ruang, jarak dan waktu.
Sebagian kita mungkin menganggap bahwa hal ini biasa dan lumrah dalam dunia cinta. Bahkan mungkin kita begitu mudahnya menghakimi para pecinta ini dengan ungkapan sinis bertopeng moralitas. Menganggap mereka hanyalah orang-orang yang membuang-buang waktu dengan sesuatu hal yang sia-sia. Namun, pernahkah kita menaruh rasa kasihan kepada mereka? Pernahkah kita menaruh ruang simpati pada kejadian yang mereka alami?. Bisa jadi karena sebagian kita tak mampu merasakan apa yang mereka rasakan. Tak mampu memosisikan diri kita saat  mengalami hal yang sama dengan mereka. Mungkin juga karena sebagian kita tak pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh kepada cinta yang bernafaskan ketulusan nurani dan rasa. Asli. Cinta suci dan menyucikan. Pada hati yang tertaut karena anugerah terindah dari-Nya. Bukan cinta palsu. Andai saja bumi mampu bertitah niscaya pastilah ia menitahkan kepada makhluk bumi untuk jatuh cinta agar setiap jiwa mampu merasakan lukisan kanvas seni cinta seperti yang mereka alami.
Maka berbahagialah bagi mereka yang dipersatukan karena putih suci cinta. Cinta yang terbangun dari tautan rasa sebagai anugerah Ilahi. Inilah cinta yang penuh berkah. Namun sekali lagi kita harus menyisakan ruang simpati pada mereka yang ditakdirkan tak bersatu. Diri ini bisa merasakan itu. Sangat. Tak mudah memang. Sampai-sampai Hayati berkata pada Zainuddin. “engkaulah Zainuddin, yang akan menjadi suamiku kelak. Bila tidak di dunia, jadilah suamiku di akhirat”. Qais, saat berada dalam pengasingan cinta yang ia terima, bersembah sujud dan berdoa di altar Mekah “Wahai Yang Maha Pengasih. Raja Diraja Para Pencinta. Engkau yang menganugerahkan Cinta. Aku hanya memohon kepada-Mu satu hal saja..tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup”. Pada akhirnya mereka tak menyatu. Bisakah engkau rasakan? Jujur, saat menulis artikel ini diri ini tak kuasa menahan haru karenanya. Tulisan ini lahir dari pemaknaan mendalam akan maknawi cinta. Sungguh.
Hamka berkata lewat coretan kisahnya..

“Cinta bukan mengajarkan kita untuk menjadi lemah tetapi membangkitkan kekuatan.
Cinta bukan mengajarkan kita menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan.
Cinta bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat”.

Layaknya hidup yang senantiasa bentangkan samudera kehidupan. Untuk mengarunginya kita harus melawan badai, petir dan gelombang tak biasa. Realita cinta kadang tak sesuai dengan asa. Epos cinta kadang melahirkan antitesa takdir. Namun, seperti yang pernah kukatakan sebelumnya bahwa takdir juga tak serta merta turun lurus bagai penggaris tapi ia bisa turun seperti keris yang berkelok-kelok. Maka berdoalah. Biarlah lantunan doa ketulusan hati yang engkau panjatkan bertemu dan berkelahi dengan takdir di langit. Pemenangnya pasti khan datang padamu. Doa atau Takdir. Berdoa dan teruslah berharap moga engkau menemukan gores warna indah di akhir usahamu. Sedih dan luka adalah hujan ujian cinta. Berharap setelah hujan itu engkau khan melihat sesuatu yang indah. Pelangi Cinta.

0 comments:

Post a Comment