Thursday, July 17, 2014

KONSPIRASI DIBALIK MOMEN PILPRES 2014

"KONSPIRASI DIBALIK MOMEN PILPRES 2014"

Muhammad Fadhly Thahir

         Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 telah usai. Sebagian kita merasa lega namun tak sedikit yang masih merasa was-was. Sebagian lega karena merasa hak selaku warga negara dalam menentukan pemimpin 5 tahun kedepan telah usai. Masalah siapa menang siapa kalah itu bukan urusan mereka lagi. Sebagian juga masih merasa was-was dikarenakan capres pilihan mereka masih dalam tanda Tanya menang atau kalah. Jujur, secara pribadi saya berada di pihak yang berbeda dari keduanya. Saya tetap optimis pilpres kali ini akan melahirkan pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi negeri ini. Rasa was-was saya justru lahir dari sisi lain dari momen pilpres ini. Ketidaktahuan sebagian besar warga negeri tentang “sesuatu” hal dibalik momen bersejarah ini. Dalam bahasa komunikatif yang lebih modern disebut “konspirasi”.

        Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, mengapa momen pilpres kali ini sangat berlebihan? Bukankah kita telah melewatkan momen yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Toh ini bukan momen pertama kali kita memilih pemimpin negeri secara langsung. Dalam perkembangannya tak sedikit mengnggap hal ini sebagai sesuatu yang overreaktif. Menganggap orang-orang yang menanggapi momen pilpres kali ini berlebihan. Lebay. Ok, tak salah memang jika sebagian beranggapan seperti itu. Namun ada baiknya kita simpan dulu statement itu dan mari kita coba bersama-sama memahami apa yang sebenarnya terjadi. 

         Menjawab statement sebagian masyarakat yang menyatakan kita berlebihan dalam penyikapan pilpres kali ini saya menjawab singkat, karena ketidaktahuan mereka secara menyeluruh tentang sesuatunya terkait pilpres ini. Pemilu kali ini mengapa terasa berbeda, tensi politik juga berbeda dan tentunya respon masyarakat juga sedikit berbeda itu karena baru kali ini kita dihadapkan pada situasi memilih 1 diantara 2 pilihan. Hanya ada dua pasang capres. Tentunya berbeda dengan pilpres sebelumnya dimana pasangan capres cawapres lebih dari dua. Hal ini praktis menjadikan warga negeri ini terbagi dua. Tak ada pilihan ketiga, tak ada jalan lainnya. Selain itu dikarenakan belum terbiasanya bangsa ini menghadapi momen dua calon. Tak seperti di Amerika Serikat dimana warganya sudah terbiasa dengan momen dua calon setiap pilpres dikarena partai yang ada pun cuma dua, Republik dan Demokrat.

         Terlepas daripada itu ada sebuah hal yang sebenarnya sudah sangat lama ingin saya utarakan kepada kepada saudaraku sebangsa dan setanah air tentang momen pilpres ini. Sebuah hal yang selama ini menjadikan saya dalam kondisi yang tertegun dan terkadang juga was-was jika melihat dan menganalisis kaitan antara satu momen dengan lainnya terkait pilpres ini. Hal yang saya maksud adalah konspirasi hitam untuk negeri tercinta di balik momen bersejarah ini, dibalik pencalonan salah satu capres. Perlu digarisbawahi bahwa disini saya tidak sedang menyebar fitnah, berita miring atau kampanye hitam seperti yang sering dituduhkan kepada media-media atau opini personal pendukung capres. Ini semua saya tulis murni untuk berbagi informasi yang boleh jadi sebagian dari kita belum mengetahui. Murni untuk baiknya negeri ini kedepannya melalui perubahan pola pikir masyarakat terhadap setiap momen penting dalam aspek kehidupan berkebangsaan. 

         Berawal dari skenario konspirasi berbagai kelompok dan kepentingan sehingga melahirkan sebuah rekayasa politik di tahun 2013. Namun sebenarnya hal ini sudah dirancang jauh sebelum tahun 2013 tiba, jauh sebelum momen pilpres 2014 tiba. Indonesia sebagai negara yang penuh potensi nan kaya tak ayal menjadikan negeri ini punya daya tarik yang luar biasa buat siapa saja yang memiliki hasrat duniawi yang tinggi. Pemuasan kepentingan kelompok dan relasi bahkan kepentingan asing menjadikan upaya-upaya untuk menguasai sumber daya alam negeri ini tak pernah ada habisnya. Itu semua dilakukan oleh para elit politik busuk negeri ini yang rela menjual harga dirinya, menjual negerinya sendiri kepada pihak asing demi kekuatan financial yang semakin besar dan demi kepentingan kelompoknya. Dilakukan oleh konglomerat Cina dan beberapa negara Barat yang sangat bernafsu menguasi negeri ini lewat penanaman modal asing serta pengolahan SDA negeri ini. Dilakukan oleh sekelompok anti agama mayoritas di negeri ini yang tidak ingin melihat agama mayoritas negeri ini menjadi pemegang kendali pemerintahan dan pengambil kebijakan utama. Kesemuanya bersatu dibawah perjanjian sevisi “Menghancurkan Indonesia dan menghilangkan masa depan generasi bangsa”. 

         Berlanjut dari semua itu mulailah disusun gerakan-gerakan berbasis ideologi, sosial, budaya dan berbagai sektor kehidupan lainnya dimana kesemuanya merujuk pada arah tatanan fundamental kebangsaan. Menguasai panggung politik itulah tujuan konspirasi ini yang selanjutnya melalui jalur politik mereka mampu dengan mudah mengarahkan setiap kebijakan dan kepentingan sesuai dengan keinginan mereka. Tujuan akhirnya, mengambil alih kepentingan ekonomi secara total dan menguasai seluruh sendi kehidupan negeri. Luar biasa.

      Melalui konsolidasi solid diantara para cukong-cukong dalam negeri, konglomerat Cina dan kepentingan asing akhirnya terbentuklah tatanan pekerja-pekerja/relawan konspirasi hitam. Runutannya seperti ini. Pembuat konspirasi (Conspiracy maker) ada Stanley Greenberg dari partai demokrat AS, Part Robertson dari partai Republik, Anthony Salim, James Riady, Chairul Tanjung dan Cina. Jangan lupakan Bill Clinton,sahabat karib James Riady. Dalam waktu dekat ini mau datang ke Indonesia. Sebuah siasat lagi. Jaringan ini punya sayap dalam menjalankan misi yang disokong oleh sayap militer (intelligent support). Kemudian dalam menjalankan misinya dana disokong langsung oleh para konglomerat Cina pemilik perusahaan-perusahaan besar di negeri ini melalui Cina Connection termasuk koneksi salah satu agama minoritas negeri. Selanjutnya dalam pelaksana teknis lapangan terdapat relawan-relawan yang siap dan rela menjual harga diri bangsa demi suksesnya misi konspirasi ini. Disinilah mereka membentuk relawan social media (Jasmev), Relawan jokowi (Projo), kelompok sosialis, LSM, Kelompok musuh dalam selimut Islam (Syiah, Islam Liberal, Ahmadiyah cs) dan Lembaga survey (Cyrus, LSI, CSIS, SRMC, dll). Selain itu mereka dibantu oleh media yang dikomandoi Dahlan Iskan cs beserta pemilik media massa di koalisi (Tempo, Detik, BeritaSatu, Metro TV, Indosiar, Trans TV, dll hingga pada akhirnya TVRI sebagai media pemerintah pun sukses mereka amankan). Kesemuanya merujuk pada penguasaan media 80%. Media-media nilah yang bertugas membentuk opini/citra hingga popularitas capres sokongan mereka melejit yang pada akhirnya tiba di pilpres 2014. Misi terakhir adalah lahirnya capres boneka. Siapakah dia? Pasti sudah tahu. Jokowi.

         Alur konspirasinya sudah saya paparkan. Kita lanjut pada kenyataan di lapangan sebagai bukti tindak lanjut dari misi konspirasi ini. Bagi masyarakat yang tahu dengan semua ini pastinya taka asing lagi dan sudah tanggap dengan semua pemberitaan media yang sesat menyesatkan. Mereka pastinya tidak akan mudah tertipu dan termakan omongan media. Namun memang menjadi sebuah ironi ketika sebagian besar masyarakat kita belum cerdas dalam menganalisa yang pada akhirnya melahirkan antitesa dalam arah perpolitikan serta wawasan berkebangsaan kita. Puncaknya pada pilpres 9 Juli kemarin, ternyata masih banyak warga negeri ini yang belum cerdas dalam memilih dan menilai realitas. Buktinya pemilih Jokowi JK berada di pusaran 40 an persen versi real count pusat tabulasi nasional. Itu artinya sekitar 113 juta warga negeri ini menjadi korban opini media dlam lingkaran konspirasi internasional. Miris. 

          Melihat fakta diantara kedua calon presiden pun sebenarnya jika masyarakat jeli dalam menilai pasti sudah bisa membedakan mana yang betul-betul punya kapasitas dan wawasan yang mumpuni dan mana yang tidak. Tidak bisa dipungkiri, media massa hari ini sukses mempengaruhi opini publik begitu besar. Hal ini pula yang mengindikasikan mengapa sebagian besar media yang menyokong capres boneka Jokowi ini dimiliki oleh konglomerat China. Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika kekuatan ekonomi negeri ini 80% dikuasai oleh konglomerat etnis Cina. Bukti shahih salah satunya bahwa 90% dari daftar orang terkaya di Indonesia hingga tahun 2014 ini dikuasai oleh etnis Cina. 10% pribumi yang masuk kategori pun pada hakikatnya bukan karena usaha mandiri mereka memamfaatkan potensi negeri tapi karena bantuan proxy asing. Hanya 5% yang betul-betul sukses menjadi miliarder dengan status kreatifitas anaka bangsa tulen. Fakta yang sangat menyesakkan dada dan kepala kita. 

         Media sukses membuat pencitraan jokowi secara instan. Pembentukan citra itu dimulai tahun lalu saat Jokowi masih menjabat sebagai walikota Solo. Momen mobil Esemka adalah pembuka pintu pencitraan itu. Meski pada akhirnya diketahui bahwa ternyata mobil esemka itu buatan China. Starting Point sukses. Selanjutnya adalah tahap pencalonan Jokowi sebagai gubernur DKI. Awak media beserta relawan lapangan dan relawan Jasmev gencar melakukan kampanye hitam, fitnah kepada lawan politik serta berbagai macam tindakan pencitraan lainnya. pada akhirnya misi mereka pun sukses mengantarkan Jokowi ke DKI 1. Selanjutnya misi puncak adalah menggiring opini publik bahwa Jokowi lah calon presiden Indonesia yang terbaik. Sepanjang pertengahan 2013 hingga momen pilpres 2014 nyaris Jokowi menjadi trending topic negeri ini. Misi mereka sukses membentuk opini publik. Tak heran saat itu saking boomingnya etnis cina ini sampai-sampai media menggelari dirinya sebagai “Manusia Setengah Dewa”, “Ratu Adil” dan seonggok gelar yang bahkan mengalahkan gelar para Nabi. Naudzubillah. Sungguh terlalu. 

        Media pendukung jokowi juga sukses membentuk opini public bahwa Jokowi adalah sosok sederhana dan merakyat. Yang sejatinya semuanya adalah KAMUFLASE. Bullshit. Dihadapan warga ia bertindak bak sosok rakyat semenjana bersahaja, naik bendi dan menyapa warga namun di belakang rakyat ia asyik naik jet dengan fasilitas mewah tiap kali berkunjung ke suatu daerah. Dan lagi-lagi media pastinya tak akan meliput aktivitas naik jet itu. Ke pematang sawah mengambil prosesi pemotretan dan tak menyapa petani yang antusias menyambutnya. Masuk got, lorong-lorong ibukota hanya tuk pencitraan terlepas dari karakter sejatinya sebagai seorang mandor, kontrol sana sini. Masyarakat dibodohi. Sedikit saya ungkap kerja-kerja Prabowo di masyarakat yang boleh jadi selama ini tertutup oleh media. Ia senantiasa turun ke masyarakat langsung, naik bendi juga, jalan kaki tapi tak pernah ia mau media meliputnya. Ia dekat dengan petani, nelayan, masyarakat ekonomi lemah lainnya. Ia bekerja tulus untuk negeri dan tak butuh topeng pencitraan. Tak seperti partai pengusung Jokowi yang mengaku pembela wong cilik tapi ternyata berkomplot dengan koalisi konspirasi busuk yang menjual negeri ini kepada asing. 

        Orang yang cerdas dalam menilai kualitas calon pemimpin dapat melihat potensi itu dari bahasa tubuh, tatapan mata, retorika berbicara, wawasan, penyikapan dan pengambilan keputusan serta pada keutuhan potensi intelektualitas. Dalam debat capres yang diselenggarakan KPU sebanyak enam kali pastinya kita sudah bisa menilai mana yang sebenar-benarnya calon pemimpin ideal mana yang bukan. Mana yang wawasannya luas mana yang sempit. Mana yang memiliki visi kebangsaan yang jelas dan mana yang tidak. Mana yang memiliki tawaran solusi yang konkret dan mana yang menggampangkan segala sesuatunya, akurapopo. Mana yang punya retorika yang jelas dan mana yang mencla mencle. Banyak hal yang bisa kita pertimbangkan baik-baik.

         Sebenarnya bukan pada sosok Jokowi semata kita memusatkan perhatian tapi yang lebih besar adalah orang-orang atau pihak-pihak yang bermain dibelakangnya. Merekalah yang akan memegang peranan dan menjalankan fungsi utama jika Jokowi menjadi presiden. Jokowi tak lebih hanyalah boneka. Relakah kita sebagai anak bangsa melihat negeri ini menjadi jajahan ekonomi politik, budaya dan aspek kehidupan lainnya dari asing? Relakah kita melihat tiap tahunnya trilyunan uang negara mengalir ke luar negeri, ke kantong-kantong konglomerat hitam dan asing? Relakah kita melihat masa depan generasi bangsa ini mati? Relakah kita menjadi tamu di negeri sendiri? Itulah mengapa jargon yang diangkat Prabowo Hatta dalam momen pilpres ini yaitu “Selamatkan Indonesia”. Pak Probowo tahu bahwa kita selama ini tidak berdiri di atas kaki sendiri. Kita terlalu asyik menjadi bangsa konsumen bukan produsen. Harga diri kita sebgai sebuah bangsa begitu rendah dan sangat mudah dibeli. 

         Dari semuanya pastinya kita sudah bisa menebak mengapa pihak asing dan konglomerat Cina sangat tidak ingin jika Prabowo menjadi presiden. Yaa,,jawabnya karena kepentingan bisnis mereka yang selama ini berada di zona nyaman akan terusik. Mereka akan kehilangan lahan tambang penghasil uang selama ini. Bisnis mereka yang sudah beranak pinak mengantarkan mereka bermandikan materi akan hilang. Freeport nasibnya diujung tanduk, Newmont senasib, Exoon, Shell, dan sebagainya akan kehilangan hak kelola. Olehnya itu mengapa mereka mati-matian mengupayakan Jokowi menjadi presiden. Tak tanggung-tanggung mereka sudah mengeluarkan trilyunan untuk biaya pencitraan jokowi di media. Mereka siap menggelontorkan uang berapa pun asalkan Jokowi menang. 

          Lebih daripada itu konspirasi tuk mengambil alih pengambilan kebijakan di negeri ini juga dimotori oleh para cukong-cukong musuh dalam selimut Islam. Disana ada tokoh-tokoh islam liberal seperti Prof Syafi’I maarif cs, pengkritik Al Quran seperti Musdah Mulia cs, Syiah dengan Jalaluddin Rahmat cs yang sukses menembus parlemen lewat PDIP, tokoh-tokoh lainnnya yang berkedok islam namun pemikirannya bukan islam seperti Alwi Shihab dan Quraisy Shihab. PDIP yang selama ini memang menajdi sarangnya politikus non muslim berlindung dan melaksanakan praktek korupsi dan penjualan negara terus didukung oleh media-media pendukung. Data rilis KPK dan Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa partai terkorup adalah PDIP. Menjadi sebuah ironi dikarenakan kader-kader mereka tak pernah nongol di media dan menjadi trending topik. Mereka seakan partai yang bersih padahal disanalah gudang dan produsen koruptor kelas kakap dihasilkan. 

         Penggiringan opini sekali lagi dilakukan pasca pilpres. Klaim kemenangan sepihak yang sangat cepat berdasar Quick Count yang sudah diatur. Tanya kenapa? Gunanya untuk menggiring opini publik bahwa Jokowi JK memang telah benar-benar memenangkan pilpres yang jika nantinya hasil akhir di 22 Juli berbeda maka mereka punya alasan untuk menggugat KPU dengan alasan ada indikasi kecurangan. Masih ingat dengan pernyataan JK dan relawan Jokowi yang kesemuanya punya implikasi simbiosis satu sama lainnya? JK berkata “Hanya kecurangan yang bisa mengalahkan kita”. Ingat juga instruksi internal dari ketua seknas pemenangan Jokowi kepada seluruh relawan salam dua jari “Menang atau Perang”. Dahsyat. Trik PKI digunakan. PKI memang sedang bangkit melalui partai moncong putih pada momen pilpres kali ini. Indikasi inilah yang mengarah pada kondisi chaos yang disetting jika hasil dari 22 Juli nanti berbeda dengan versi Quick Count abal-abal acuan mereka. TNI telah mencium gelagat tak baik ini dan olehnya itu menginstruksikan untuk tembak di tempat jika ada yang berani memancing kericuhan. Tahukah anda bahwa momen kericuhan yang diharapkan terjadi pada momen pilpres ini juga menjadi bagian dari konspirasi yang saya paparkan sebelumnya. Di Singapura dan Australia sekarang kapal perang AS sudah disiapkan jauh sebelumnya untuk masuk menyerang Indonesia jika pada akhirnya terjadi kekisruhan pasca pilpres ini. Itu alasan mereka untuk bisa masuk dengan alasan bertindak selaku pasukan Dewan Keamanan PBB untuk menetralisir suasana. Licik. Padahal memang itulah rencananya. Tujuan akhirnya, mencampuri urusan dalam negeri Indonesia yang berbuntut pada tekanan kepada KPU dan MK untuk memenangkan Jokowi. 

        Sebenarnya jika saya ingin mengungkap secara detail semua fakta konspirasi yang ada dibalik momen pilpres ini, dibalik pencapresan Jokowi maka sungguh sangat panjang dan boleh jadi menjadikan anda tak henti menggelengkan kepala dan mengusap dada. Saya hanya ingin menyadarkan kita semua selaku anak bangsa untuk tidak mudah tertipu oleh media. Telaah baik-baik apa yang kita lihat dan baca sehingga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang masuk ke dalam perangkap hitam. Menjadi orang-orang yang tak menggunakan nalar dan hati nurani kita secara utuh dalam merespon setiap realita yang ada. Mari kita berdoa bersama-sama agar negeri ini dilindungi dari berbgai macam konspirasi busuk dan makar  yang bertujuan menghancurkan negeri setengah surga ini. Untuk baiknya masa depan kita dan anak cucu kita kelak. Insya Allah, saya yakin Allah SWT telah merencanakan yang terbaik untuk negeri ini. Saya pun yakin bahwa Presiden Indonesia 2014-2019 yang telah tertulis di lauhm mahfuz adalah ia yang mencintai negeri ini dengan hati dan tindakannya yang akan menjaga kedaulatan dan harga diri negeri ini. Insya Allah. Amin Yaa Rabbal Alamin.

4 comments:

Anonymous said...
July 21, 2014 at 7:20 PM

Maukah anda menelaah capres Prabowo dengan pisau analisis yang sama? Saya rasa tulisan anda akan jadi jauh lebih berimbang. Bila tidak, belasan paragraf yang anda bangun tadi mungkin akan sama saja dengan media yang anda tuduhkan di artikel anda.

Unknown
August 7, 2014 at 6:58 PM

sy sudah pernah menelaah pun dalam bentuk tulisan tentang Prabowo. Adapun terkait kecenderungan saya mengungkap lebih banyak sisi tentang jokowi karena memang sisi negatif dalam hal perspektif penilaian dan analisisnya lebih banyak. Dikarenakan hal itu pulalah mengapa kemudian masyarakat Indonesia perlu tahu yang sebenarnya terjadi. Saya pikir jika anda bukanlah Jokowers pastinya pun anda tidak akan menemukan banyak hal negatif yang perlu diungkap dari Prabowo krn memang catatan atau rekam jejaknya terbilang bersih. Selama ini yang banyak beredar di sosmed utamanya yang disebar para Jasmev adalah fitnah, terkait HAM utamanya padahal sama sekali beliau tidak terbukti dan hanya menjadi korban rekayasa politik. Saya percaya bahwa setiap orang tak luput dari kesalahan namun dalam memilih sesuatu hal utamanya ketika dihadapkan pada dua pilihan maka kt memilih yang sisi negatifnya lebih kecil dan berimbang dengan sisi positifnya lebih besar dan saya yakin bagi orang2 yang mempergunakan logika, analisis yang komprehensif, nurani serta agama dalam menilai pastinya menemukan hal itu dalam diri Prabowo Subianto. Terima Kasih :)

Anonymous said...
August 19, 2014 at 1:47 AM

Setuju m fadly..para jokowers tidak bisa dan tidak mau buka mata..coba saja beri uraian analisis balik intik prabowo..adakah prabowo dapat ditujujan memiliki tujuan mengakomodir kepentingan asing??? Klo ada coba sebutkan kpada asing manakah prabowo punya kedekatan hibungan kekerabatan..tidak ada yg mgtakan prabowo manusia bersih...dia jelas bukan nabi. Dia jelas bikan dewa dia manusia biasa...tapi sisi negatifnya tak sebesar sisi negatif jokowi... Pencitraan jokowi membentuk opini piblik tersesat..sesuatu yg bukan mencerminkan hal yg sesungguhnya adalah disebut munafik... Terima kasih:)

Unknown
August 24, 2014 at 5:04 AM

sipp..yeah begitulah adax,,ditambah lagi sekarang karena Jokowi sudah menang di MK. Meski tak mencerminkan keadilan substantif keputusan itu harus kt terima. Namun bukan berarti perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran selesai sampai disini. Perjuangan itu akan terus berlanjut karena makna sejati dari kehidupan adalah saat keadilan dan kebenaran mampu mewarnai setiap langkah kaki kita. Berjuang karenanya adalah sebuah sikap ksatria dan patriotik. Koalisi merah putih akan solid dan menjadi oposisi sesungguhnya di parlemen bukan oposisi tak jelas seperti PDIP selama 10 tahun.. Thanks :)

Post a Comment