KONSPIRASI DIBALIK MOMEN PILPRES 2014
"KONSPIRASI DIBALIK MOMEN PILPRES 2014"
Muhammad Fadhly Thahir
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014
telah usai. Sebagian kita merasa lega namun tak sedikit yang masih merasa
was-was. Sebagian lega karena merasa hak selaku warga negara dalam menentukan
pemimpin 5 tahun kedepan telah usai. Masalah siapa menang siapa kalah itu bukan
urusan mereka lagi. Sebagian juga masih merasa was-was dikarenakan capres
pilihan mereka masih dalam tanda Tanya menang atau kalah. Jujur, secara pribadi
saya berada di pihak yang berbeda dari keduanya. Saya tetap optimis pilpres
kali ini akan melahirkan pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi negeri ini.
Rasa was-was saya justru lahir dari sisi lain dari momen pilpres ini.
Ketidaktahuan sebagian besar warga negeri tentang “sesuatu” hal dibalik momen
bersejarah ini. Dalam bahasa komunikatif yang lebih modern disebut “konspirasi”.
Mungkin banyak dari kita yang
bertanya-tanya, mengapa momen pilpres kali ini sangat berlebihan? Bukankah kita
telah melewatkan momen yang sama di beberapa tahun sebelumnya. Toh ini bukan
momen pertama kali kita memilih pemimpin negeri secara langsung. Dalam perkembangannya
tak sedikit mengnggap hal ini sebagai sesuatu yang overreaktif. Menganggap orang-orang
yang menanggapi momen pilpres kali ini berlebihan. Lebay. Ok, tak salah memang
jika sebagian beranggapan seperti itu. Namun ada baiknya kita simpan dulu
statement itu dan mari kita coba bersama-sama memahami apa yang sebenarnya
terjadi.
Menjawab statement sebagian
masyarakat yang menyatakan kita berlebihan dalam penyikapan pilpres kali ini
saya menjawab singkat, karena ketidaktahuan mereka secara menyeluruh tentang
sesuatunya terkait pilpres ini. Pemilu kali ini mengapa terasa berbeda, tensi
politik juga berbeda dan tentunya respon masyarakat juga sedikit berbeda itu
karena baru kali ini kita dihadapkan pada situasi memilih 1 diantara 2 pilihan.
Hanya ada dua pasang capres. Tentunya berbeda dengan pilpres sebelumnya dimana
pasangan capres cawapres lebih dari dua. Hal ini praktis menjadikan warga
negeri ini terbagi dua. Tak ada pilihan ketiga, tak ada jalan lainnya. Selain
itu dikarenakan belum terbiasanya bangsa ini menghadapi momen dua calon. Tak seperti
di Amerika Serikat dimana warganya sudah terbiasa dengan momen dua calon setiap
pilpres dikarena partai yang ada pun cuma dua, Republik dan Demokrat.
Terlepas daripada itu ada sebuah
hal yang sebenarnya sudah sangat lama ingin saya utarakan kepada kepada
saudaraku sebangsa dan setanah air tentang momen pilpres ini. Sebuah hal yang
selama ini menjadikan saya dalam kondisi yang tertegun dan terkadang juga was-was
jika melihat dan menganalisis kaitan antara satu momen dengan lainnya terkait
pilpres ini. Hal yang saya maksud adalah konspirasi hitam untuk negeri tercinta
di balik momen bersejarah ini, dibalik pencalonan salah satu capres. Perlu
digarisbawahi bahwa disini saya tidak sedang menyebar fitnah, berita miring
atau kampanye hitam seperti yang sering dituduhkan kepada media-media atau
opini personal pendukung capres. Ini semua saya tulis murni untuk berbagi
informasi yang boleh jadi sebagian dari kita belum mengetahui. Murni untuk
baiknya negeri ini kedepannya melalui perubahan pola pikir masyarakat terhadap
setiap momen penting dalam aspek kehidupan berkebangsaan.
Berawal dari skenario konspirasi berbagai
kelompok dan kepentingan sehingga melahirkan sebuah rekayasa politik di tahun
2013. Namun sebenarnya hal ini sudah dirancang jauh sebelum tahun 2013 tiba,
jauh sebelum momen pilpres 2014 tiba. Indonesia sebagai negara yang penuh
potensi nan kaya tak ayal menjadikan negeri ini punya daya tarik yang luar
biasa buat siapa saja yang memiliki hasrat duniawi yang tinggi. Pemuasan kepentingan
kelompok dan relasi bahkan kepentingan asing menjadikan upaya-upaya untuk
menguasai sumber daya alam negeri ini tak pernah ada habisnya. Itu semua
dilakukan oleh para elit politik busuk negeri ini yang rela menjual harga
dirinya, menjual negerinya sendiri kepada pihak asing demi kekuatan financial yang
semakin besar dan demi kepentingan kelompoknya. Dilakukan oleh konglomerat Cina
dan beberapa negara Barat yang sangat bernafsu menguasi negeri ini lewat penanaman
modal asing serta pengolahan SDA negeri ini. Dilakukan oleh sekelompok anti
agama mayoritas di negeri ini yang tidak ingin melihat agama mayoritas negeri
ini menjadi pemegang kendali pemerintahan dan pengambil kebijakan utama. Kesemuanya
bersatu dibawah perjanjian sevisi “Menghancurkan Indonesia dan menghilangkan
masa depan generasi bangsa”.
Berlanjut dari semua itu mulailah
disusun gerakan-gerakan berbasis ideologi, sosial, budaya dan berbagai sektor kehidupan
lainnya dimana kesemuanya merujuk pada arah tatanan fundamental kebangsaan. Menguasai
panggung politik itulah tujuan konspirasi ini yang selanjutnya melalui jalur
politik mereka mampu dengan mudah mengarahkan setiap kebijakan dan kepentingan
sesuai dengan keinginan mereka. Tujuan akhirnya, mengambil alih kepentingan
ekonomi secara total dan menguasai seluruh sendi kehidupan negeri. Luar biasa.
Melalui konsolidasi solid
diantara para cukong-cukong dalam negeri, konglomerat Cina dan kepentingan
asing akhirnya terbentuklah tatanan pekerja-pekerja/relawan konspirasi hitam. Runutannya
seperti ini. Pembuat konspirasi (Conspiracy maker) ada Stanley Greenberg dari partai demokrat AS, Part Robertson dari partai Republik, Anthony Salim, James Riady,
Chairul Tanjung dan Cina. Jangan lupakan Bill Clinton,sahabat karib James Riady. Dalam waktu dekat ini mau datang ke Indonesia. Sebuah siasat lagi. Jaringan ini
punya sayap dalam menjalankan misi yang disokong oleh sayap militer
(intelligent support). Kemudian dalam menjalankan misinya dana disokong
langsung oleh para konglomerat Cina pemilik perusahaan-perusahaan besar di
negeri ini melalui Cina Connection
termasuk koneksi salah satu agama minoritas negeri. Selanjutnya dalam pelaksana
teknis lapangan terdapat relawan-relawan yang siap dan rela menjual harga diri
bangsa demi suksesnya misi konspirasi ini. Disinilah mereka membentuk relawan social
media (Jasmev), Relawan jokowi (Projo), kelompok sosialis, LSM, Kelompok musuh
dalam selimut Islam (Syiah, Islam Liberal, Ahmadiyah cs) dan Lembaga survey
(Cyrus, LSI, CSIS, SRMC, dll). Selain itu mereka dibantu oleh media yang
dikomandoi Dahlan Iskan cs beserta pemilik media massa di koalisi (Tempo, Detik,
BeritaSatu, Metro TV, Indosiar, Trans TV, dll hingga pada akhirnya TVRI sebagai
media pemerintah pun sukses mereka amankan). Kesemuanya merujuk pada penguasaan
media 80%. Media-media nilah yang bertugas membentuk opini/citra hingga
popularitas capres sokongan mereka melejit yang pada akhirnya tiba di pilpres
2014. Misi terakhir adalah lahirnya capres boneka. Siapakah dia? Pasti sudah
tahu. Jokowi.
Alur konspirasinya sudah saya
paparkan. Kita lanjut pada kenyataan di lapangan sebagai bukti tindak lanjut
dari misi konspirasi ini. Bagi masyarakat yang tahu dengan semua ini pastinya taka
asing lagi dan sudah tanggap dengan semua pemberitaan media yang sesat
menyesatkan. Mereka pastinya tidak akan mudah tertipu dan termakan omongan
media. Namun memang menjadi sebuah ironi ketika sebagian besar masyarakat kita
belum cerdas dalam menganalisa yang pada akhirnya melahirkan antitesa dalam
arah perpolitikan serta wawasan berkebangsaan kita. Puncaknya pada pilpres 9
Juli kemarin, ternyata masih banyak warga negeri ini yang belum cerdas dalam memilih
dan menilai realitas. Buktinya pemilih Jokowi JK berada di pusaran 40 an persen
versi real count pusat tabulasi nasional. Itu artinya sekitar 113 juta warga
negeri ini menjadi korban opini media dlam lingkaran konspirasi internasional. Miris.
Melihat fakta diantara kedua
calon presiden pun sebenarnya jika masyarakat jeli dalam menilai pasti sudah
bisa membedakan mana yang betul-betul punya kapasitas dan wawasan yang mumpuni
dan mana yang tidak. Tidak bisa dipungkiri, media massa hari ini sukses
mempengaruhi opini publik begitu besar. Hal ini pula yang mengindikasikan
mengapa sebagian besar media yang menyokong capres boneka Jokowi ini dimiliki
oleh konglomerat China. Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika kekuatan ekonomi
negeri ini 80% dikuasai oleh konglomerat etnis Cina. Bukti shahih salah satunya
bahwa 90% dari daftar orang terkaya di Indonesia hingga tahun 2014 ini dikuasai
oleh etnis Cina. 10% pribumi yang masuk kategori pun pada hakikatnya bukan karena
usaha mandiri mereka memamfaatkan potensi negeri tapi karena bantuan proxy
asing. Hanya 5% yang betul-betul sukses menjadi miliarder dengan status
kreatifitas anaka bangsa tulen. Fakta yang sangat menyesakkan dada dan kepala
kita.
Media sukses membuat pencitraan
jokowi secara instan. Pembentukan citra itu dimulai tahun lalu saat Jokowi
masih menjabat sebagai walikota Solo. Momen mobil Esemka adalah pembuka pintu
pencitraan itu. Meski pada akhirnya diketahui bahwa ternyata mobil esemka itu
buatan China. Starting Point sukses. Selanjutnya adalah tahap pencalonan Jokowi
sebagai gubernur DKI. Awak media beserta relawan lapangan dan relawan Jasmev
gencar melakukan kampanye hitam, fitnah kepada lawan politik serta berbagai
macam tindakan pencitraan lainnya. pada akhirnya misi mereka pun sukses
mengantarkan Jokowi ke DKI 1. Selanjutnya misi puncak adalah menggiring opini publik
bahwa Jokowi lah calon presiden Indonesia yang terbaik. Sepanjang pertengahan
2013 hingga momen pilpres 2014 nyaris Jokowi menjadi trending topic negeri ini.
Misi mereka sukses membentuk opini publik. Tak heran saat itu saking boomingnya
etnis cina ini sampai-sampai media menggelari dirinya sebagai “Manusia Setengah
Dewa”, “Ratu Adil” dan seonggok gelar yang bahkan mengalahkan gelar para Nabi.
Naudzubillah. Sungguh terlalu.
Media pendukung jokowi juga
sukses membentuk opini public bahwa Jokowi adalah sosok sederhana dan merakyat.
Yang sejatinya semuanya adalah KAMUFLASE.
Bullshit. Dihadapan warga ia bertindak bak sosok rakyat semenjana bersahaja,
naik bendi dan menyapa warga namun di belakang rakyat ia asyik naik jet dengan
fasilitas mewah tiap kali berkunjung ke suatu daerah. Dan lagi-lagi media
pastinya tak akan meliput aktivitas naik jet itu. Ke pematang sawah mengambil
prosesi pemotretan dan tak menyapa petani yang antusias menyambutnya. Masuk got,
lorong-lorong ibukota hanya tuk pencitraan terlepas dari karakter sejatinya
sebagai seorang mandor, kontrol sana sini. Masyarakat dibodohi. Sedikit saya
ungkap kerja-kerja Prabowo di masyarakat yang boleh jadi selama ini tertutup
oleh media. Ia senantiasa turun ke masyarakat langsung, naik bendi juga, jalan
kaki tapi tak pernah ia mau media meliputnya. Ia dekat dengan petani, nelayan,
masyarakat ekonomi lemah lainnya. Ia bekerja tulus untuk negeri dan tak butuh
topeng pencitraan. Tak seperti partai pengusung Jokowi yang mengaku pembela
wong cilik tapi ternyata berkomplot dengan koalisi konspirasi busuk yang
menjual negeri ini kepada asing.
Orang yang cerdas dalam menilai
kualitas calon pemimpin dapat melihat potensi itu dari bahasa tubuh, tatapan
mata, retorika berbicara, wawasan, penyikapan dan pengambilan keputusan serta
pada keutuhan potensi intelektualitas. Dalam debat capres yang diselenggarakan
KPU sebanyak enam kali pastinya kita sudah bisa menilai mana yang
sebenar-benarnya calon pemimpin ideal mana yang bukan. Mana yang wawasannya
luas mana yang sempit. Mana yang memiliki visi kebangsaan yang jelas dan mana
yang tidak. Mana yang memiliki tawaran solusi yang konkret dan mana yang
menggampangkan segala sesuatunya, akurapopo. Mana yang punya retorika yang
jelas dan mana yang mencla mencle. Banyak hal yang bisa kita pertimbangkan
baik-baik.
Sebenarnya bukan pada sosok Jokowi
semata kita memusatkan perhatian tapi yang lebih besar adalah orang-orang atau
pihak-pihak yang bermain dibelakangnya. Merekalah yang akan memegang peranan
dan menjalankan fungsi utama jika Jokowi menjadi presiden. Jokowi tak lebih
hanyalah boneka. Relakah kita sebagai anak bangsa melihat negeri ini menjadi
jajahan ekonomi politik, budaya dan aspek kehidupan lainnya dari asing? Relakah
kita melihat tiap tahunnya trilyunan uang negara mengalir ke luar negeri, ke
kantong-kantong konglomerat hitam dan asing? Relakah kita melihat masa depan
generasi bangsa ini mati? Relakah kita menjadi tamu di negeri sendiri? Itulah mengapa
jargon yang diangkat Prabowo Hatta dalam momen pilpres ini yaitu “Selamatkan
Indonesia”. Pak Probowo tahu bahwa kita selama ini tidak berdiri di atas kaki
sendiri. Kita terlalu asyik menjadi bangsa konsumen bukan produsen. Harga diri
kita sebgai sebuah bangsa begitu rendah dan sangat mudah dibeli.
Dari semuanya pastinya kita sudah
bisa menebak mengapa pihak asing dan konglomerat Cina sangat tidak ingin jika
Prabowo menjadi presiden. Yaa,,jawabnya karena kepentingan bisnis mereka yang
selama ini berada di zona nyaman akan terusik. Mereka akan kehilangan lahan
tambang penghasil uang selama ini. Bisnis mereka yang sudah beranak pinak
mengantarkan mereka bermandikan materi akan hilang. Freeport nasibnya diujung
tanduk, Newmont senasib, Exoon, Shell, dan sebagainya akan kehilangan hak
kelola. Olehnya itu mengapa mereka mati-matian mengupayakan Jokowi menjadi
presiden. Tak tanggung-tanggung mereka sudah mengeluarkan trilyunan untuk biaya
pencitraan jokowi di media. Mereka siap menggelontorkan uang berapa pun asalkan
Jokowi menang.
Lebih daripada itu konspirasi tuk
mengambil alih pengambilan kebijakan di negeri ini juga dimotori oleh para
cukong-cukong musuh dalam selimut Islam. Disana ada tokoh-tokoh islam liberal
seperti Prof Syafi’I maarif cs, pengkritik Al Quran seperti Musdah Mulia cs,
Syiah dengan Jalaluddin Rahmat cs yang sukses menembus parlemen lewat PDIP,
tokoh-tokoh lainnnya yang berkedok islam namun pemikirannya bukan islam seperti
Alwi Shihab dan Quraisy Shihab. PDIP yang selama ini memang menajdi sarangnya
politikus non muslim berlindung dan melaksanakan praktek korupsi dan penjualan
negara terus didukung oleh media-media pendukung. Data rilis KPK dan Indonesia
Corruption Watch (ICW) merilis bahwa partai terkorup adalah PDIP. Menjadi sebuah
ironi dikarenakan kader-kader mereka tak pernah nongol di media dan menjadi
trending topik. Mereka seakan partai yang bersih padahal disanalah gudang dan
produsen koruptor kelas kakap dihasilkan.
Penggiringan opini sekali lagi
dilakukan pasca pilpres. Klaim kemenangan sepihak yang sangat cepat berdasar
Quick Count yang sudah diatur. Tanya kenapa? Gunanya untuk menggiring opini publik
bahwa Jokowi JK memang telah benar-benar memenangkan pilpres yang jika nantinya
hasil akhir di 22 Juli berbeda maka mereka punya alasan untuk menggugat KPU
dengan alasan ada indikasi kecurangan. Masih ingat dengan pernyataan JK dan
relawan Jokowi yang kesemuanya punya implikasi simbiosis satu sama lainnya? JK
berkata “Hanya kecurangan yang bisa mengalahkan kita”. Ingat juga instruksi
internal dari ketua seknas pemenangan Jokowi kepada seluruh relawan salam dua
jari “Menang atau Perang”. Dahsyat. Trik PKI digunakan. PKI memang sedang
bangkit melalui partai moncong putih pada momen pilpres kali ini. Indikasi inilah
yang mengarah pada kondisi chaos yang
disetting jika hasil dari 22 Juli nanti berbeda dengan versi Quick Count
abal-abal acuan mereka. TNI telah mencium gelagat tak baik ini dan olehnya itu
menginstruksikan untuk tembak di tempat jika ada yang berani memancing
kericuhan. Tahukah anda bahwa momen kericuhan yang diharapkan terjadi pada
momen pilpres ini juga menjadi bagian dari konspirasi yang saya paparkan
sebelumnya. Di Singapura dan Australia sekarang kapal perang AS sudah disiapkan
jauh sebelumnya untuk masuk menyerang Indonesia jika pada akhirnya terjadi
kekisruhan pasca pilpres ini. Itu alasan mereka untuk bisa masuk dengan alasan
bertindak selaku pasukan Dewan Keamanan PBB untuk menetralisir suasana. Licik. Padahal
memang itulah rencananya. Tujuan akhirnya, mencampuri urusan dalam negeri
Indonesia yang berbuntut pada tekanan kepada KPU dan MK untuk memenangkan
Jokowi.
Sebenarnya jika saya ingin
mengungkap secara detail semua fakta konspirasi yang ada dibalik momen pilpres
ini, dibalik pencapresan Jokowi maka sungguh sangat panjang dan boleh jadi menjadikan
anda tak henti menggelengkan kepala dan mengusap dada. Saya hanya ingin
menyadarkan kita semua selaku anak bangsa untuk tidak mudah tertipu oleh media.
Telaah baik-baik apa yang kita lihat dan baca sehingga kita tidak menjadi
bagian dari orang-orang yang masuk ke dalam perangkap hitam. Menjadi orang-orang
yang tak menggunakan nalar dan hati nurani kita secara utuh dalam merespon
setiap realita yang ada. Mari kita berdoa bersama-sama agar negeri ini
dilindungi dari berbgai macam konspirasi busuk dan makar yang bertujuan menghancurkan negeri setengah surga
ini. Untuk baiknya masa depan kita dan anak cucu kita kelak. Insya Allah, saya
yakin Allah SWT telah merencanakan yang terbaik untuk negeri ini. Saya pun
yakin bahwa Presiden Indonesia 2014-2019 yang telah tertulis di lauhm mahfuz
adalah ia yang mencintai negeri ini dengan hati dan tindakannya yang akan
menjaga kedaulatan dan harga diri negeri ini. Insya Allah. Amin Yaa Rabbal
Alamin.
4 comments:
Maukah anda menelaah capres Prabowo dengan pisau analisis yang sama? Saya rasa tulisan anda akan jadi jauh lebih berimbang. Bila tidak, belasan paragraf yang anda bangun tadi mungkin akan sama saja dengan media yang anda tuduhkan di artikel anda.
sy sudah pernah menelaah pun dalam bentuk tulisan tentang Prabowo. Adapun terkait kecenderungan saya mengungkap lebih banyak sisi tentang jokowi karena memang sisi negatif dalam hal perspektif penilaian dan analisisnya lebih banyak. Dikarenakan hal itu pulalah mengapa kemudian masyarakat Indonesia perlu tahu yang sebenarnya terjadi. Saya pikir jika anda bukanlah Jokowers pastinya pun anda tidak akan menemukan banyak hal negatif yang perlu diungkap dari Prabowo krn memang catatan atau rekam jejaknya terbilang bersih. Selama ini yang banyak beredar di sosmed utamanya yang disebar para Jasmev adalah fitnah, terkait HAM utamanya padahal sama sekali beliau tidak terbukti dan hanya menjadi korban rekayasa politik. Saya percaya bahwa setiap orang tak luput dari kesalahan namun dalam memilih sesuatu hal utamanya ketika dihadapkan pada dua pilihan maka kt memilih yang sisi negatifnya lebih kecil dan berimbang dengan sisi positifnya lebih besar dan saya yakin bagi orang2 yang mempergunakan logika, analisis yang komprehensif, nurani serta agama dalam menilai pastinya menemukan hal itu dalam diri Prabowo Subianto. Terima Kasih :)
Setuju m fadly..para jokowers tidak bisa dan tidak mau buka mata..coba saja beri uraian analisis balik intik prabowo..adakah prabowo dapat ditujujan memiliki tujuan mengakomodir kepentingan asing??? Klo ada coba sebutkan kpada asing manakah prabowo punya kedekatan hibungan kekerabatan..tidak ada yg mgtakan prabowo manusia bersih...dia jelas bukan nabi. Dia jelas bikan dewa dia manusia biasa...tapi sisi negatifnya tak sebesar sisi negatif jokowi... Pencitraan jokowi membentuk opini piblik tersesat..sesuatu yg bukan mencerminkan hal yg sesungguhnya adalah disebut munafik... Terima kasih:)
sipp..yeah begitulah adax,,ditambah lagi sekarang karena Jokowi sudah menang di MK. Meski tak mencerminkan keadilan substantif keputusan itu harus kt terima. Namun bukan berarti perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran selesai sampai disini. Perjuangan itu akan terus berlanjut karena makna sejati dari kehidupan adalah saat keadilan dan kebenaran mampu mewarnai setiap langkah kaki kita. Berjuang karenanya adalah sebuah sikap ksatria dan patriotik. Koalisi merah putih akan solid dan menjadi oposisi sesungguhnya di parlemen bukan oposisi tak jelas seperti PDIP selama 10 tahun.. Thanks :)
Post a Comment