Wednesday, January 8, 2014

RESOLUSI KEPEMIMPINAN INDONESIA

 "RESOLUSI KEPEMIMPINAN 2014"

Muhammad Fadhly Thahir

         Entah sampai kapan diri ini berhenti bangga kepada Bung Karno. Presiden pertama RI yang hingga kini namanya terus menyejarah. Terlepas dari kontroversi kehidupan pribadinya di akhir-akhir masa kepemimpinanya, Soekarno masih memiliki lebih banyak sumbangsih tak ternilai untuk bangsa ini. Soekarno, saat itu setara menjadi salah satu pemimpin paling disegani di dunia. Di Dunia bukan di Asia saja. Pemimpin dimana para pemimpin Eropa pun mengakui kehebatan tokoh proklamator RI ini. Namanya tercatat pada ribuan karya tulis dari berbagai belahan dunia. bahkan namanya diabadikan menjadi nama jalan, patung di luar negeri. Saat itu Soekarno menjadi idola masyarakat dunia dengan ide-ide dan kualitas kepemimpinannya.

         Memasuki tahun 2014, bangsa ini layak membuka semangat optimisme untuk menatap hari-hari yang lebih baik kedepannya. Tahun 2014 adalah tahun politik bagi rakyat indonesia. tidak lama lagi pesta demokrasi terbesar akan digelar di negeri gemah ripah loh jinawi ini. Pemilihan Umum Presiden tepatnya. Momen dimana bangsa Indonesia memilih pemimpin negerinya untuk rentang 5 tahun kedepan. Momen yang sangat menentukan bagi masa depan negeri berjuta impian dan surga dunia ini. Tak cerdas dalam memilih akan berakibat fatal. Indonesia telah memiliki 6 presiden sepanjang sejarah negeri ini terbentuk. Namun, tak semua dari presiden itu memberi rasa bangga kepada tumpah darahnya.

       Sedikit saya mengantar cakrawala berpikir kita tentang satu pemimpin hebat yang pernah dimiliki Indonesia, Soekarno. Saat itu di depan maket Stadion Senayan, Bung Karno menunjuk-nunjukkan tongkatnya ke maket rencana Stadion “Ini…ini akan jadi Stadion terbesar di dunia, ini adalah awal bangsa kita menjadi bintang pedoman bangsa-bangsa di dunia, semua olahraga dari negara-negara di dunia ini, berlomba disini. Kita tunjukkan pada dunia, Indonesia bangsa yang besar, yang mampu maju ke muka memimpin pembebasan bangsa-bangsa di dunia menuju dunia barunya”.Stadion inilah yang kita kenal dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Markas Tim Nasional Indonesia.

        Lalu Sukarno memanggil pematung Sunarso dan berkata : “Coba dari arah lurus ini, kamu buat Patung Selamat Datang, disinilah patung yang akan jadi gerbang bangsa kita, awal dari mula sejarah berpikir kita. Jakarta akan jadi kota dunia, ini impianku, dari Stadion Senayan ini akan dilingkari pusat-pusat kebudayaan, kita akan melahirkan bukan saja atlet-atlet handal tapi pelukis-pelukis jempolan, penari-penari kelas dunia, dan penyanyi-penyanyi yang lagunya bisa membangkitkan suara surga dari tanah Nusantara. Cobalah Sunarso aku ingin lihat karyamu, patung-patungmu akan memberi jiwa bagi bangkitnya bangsa kita ke muka dunia Internasional. Monumenmu yang kau bangun adalah kehormatan”.

        Kemudian Bung Karno diperlihatkan maket jalan Semanggi : “Semanggi ini perlambang bunga yang imbang, dari susunan daunnya dan batangnya. Ini seperti bangsa kita yang menyukai keindahan, dan taukah kamu…eh Bandrio, eh Jenderal Suprayogi, eh Sutami….keindahan itu adalah keseimbangan” kata Bung Karno dengan mata penuh kemenangan.

       Utusan Jepang untuk persiapan Asian Games 1962 berdecak kagum pada bangsa Indonesia. “Ini bangsa gila, bisa menyiapkan seluruh soal dalam hitungan bulan, dengan membangun Stadion raksasa sekaligus pemindahan penduduk tanpa ribut-ribut. Kepemimpinannya luar biasa.”

        Bung Karno dengan akal cerdasnya tidak membangun Stadion dengan hutang atau pake dana APBN dimanipulasi proyeknya seperti yang terjadi sekarang. Tapi ia memboyong semua menterinya ke Tokyo. Sukarno tinggal di Tokyo 18 hari, beliau juga sering ke Tokyo selain 18 hari itu. Disana Sukarno melobi seluruh pejabat-pejabat Jepang. Bahkan Mochtar Lubis dalam sebuah sindirannya berkata : “Gila, Ibukota RI pindah ke Tokyo”. Ini benar juga soalnya Robert Kennedy yang sedang melobi Soekarno harus ke Tokyo bukan ke Jakarta, semua pekerjaan dilaporkan para menteri ke Tokyo.

        Dari Tokyo ini Soekarno mendapat pampasan perang Jepang. Beda dengan lobi gaya Sjahrir yang membuat Indonesia harus membayar kepada Belanda, lobi kepada Jepang justru membuat Jepang harus membayar pampasan perang kepada Indonesia, itulah hebatnya Soekarno. Dengan pampasan perang itu Soekarno membangun Stadion paling hebat sedunia, Soekarno membangun Jembatan Ampera, Soekarno membangun banyak hotel agar Jakarta dipersiapkan jadi kota Internasional. Soekarno membangun jalan-jalan raya seperti Semanggi yang sampai sekarang masih dibanggakan bangsa Indonesia. Itulah warisan Soekarno pada kita.

         Coba kita lihat sekarang, dibawah kepemimpinan SBY kita bisa merasakan betapa mirisnya keadaan negeri ini. SBY seakan bermain-main dengan logika sehat rakyat. Kasus Nazaruddin, kasus tak tau malu Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng, Mega proyek Hambalang, Wisma atlet palembang, Century. Acara Sea Games yang berantakan karena dana proyek belum turun serta dana yang dikorup, maling tanpa moralitas. BBM diutak atik hingga rakyat pusing, dipermainkan layaknya sirkus jalanan. Harga diri bangsa tergadaikan demi fulus. Hancurlah perut bumi dan sakitlah ia saat korporator asing mengeruk kekayaan alam negeri disaat royalty yang masuk ke negara diluar akal sehat. Kedaulatan negeri terus dirongrong karena ketidaktegasan pemerintah. Inilah serusak-rusaknya zaman. Pemimpinnya tak bisa berbuat banyak, tak tegas, tak mewakili representasi seorang leader yang lahir dari rahim militer.

          Rekor buruk kepemimpinan SBY hanya bisa disaingi oleh Presiden kelima RI, Megawati. Pada saat itu Indonesia terkenal dengan penjualan pion-pion negeri untuk pelunasan utang negara. Dengan alasan itu, Mega menjual aset-aset negara dan BUMN. Privatisasi juga dilakukan terhadap saham-saham perusahaan yang diambil alih pemerintah sebagai kompensasi pengembalian kredit BLBI dengan nilai penjualan hanya sekitar 20% dari total nilai BLBI. Bahkan, BUMN sehat seperti PT Indosat, PT Aneka Tambang, dan PT Timah pun ikut diprivatisasi. Selama tiga tahun pemerintahan ini terjadi privatisasi BUMN dengan nilai Rp3,5 triliun pada 2001; Rp7,7 triliun pada 2002; dan Rp7,3 triliun pada 2003. Jadi, total sebanyak Rp18,5 triliun yang berhasil didapatkan Mega saat itu. Edan.

         Tahun 2014 ini, Indonesia membutuhkan pemimpin yang betul-betul tahu bagaimana cara menjadi seorang pemimpin. Menjadi The True Leader. Bekerja dalam realitas plural dan multikultural negeri. Harus tahu bagaimana memimpin dengan berbagai macam eksepsi kehidupan, tahu bagaimana cara memimpin dengan landasan batu bata agama, keikhlasan, kemampuan yang komprehensif merespon realitas, professional, visioner, tegas, berdedikasi tinggi, menjadi pemerhati yang baik, berwawasan lokal dan kebangsaan, berpikir modern dan global, bekerja dengan irama totalitas serta yang terpenting adalah memimpin dan bekerja atas nama cinta.  

       Mampukah pemimpin Indonesia yang terpilih nantinya mengintegralkan nilai-nilai positif dari pemimpin sebelumnya? NIlai positif dari Soekarno, Soeharto, Habibie dan Gusdur. Kita tunggu saja episodenya. Bung Karno bangsa ini merindukan dirimu dan mimpimu..!!!

#ResolusiKepemimpinanNegeri
#TheNextLeader

0 comments:

Post a Comment