PELANGI CINTA
"PELANGI CINTA"
MUHAMMAD FADHLY THAHIR
Cinta tak
pernah hadir dengan satu bahasa. Cinta khan selalu hadir dengan beribu bahasa.
Bahasa cinta tak selamanya mengalun indah bak deretan melodi musik
instrumental. Bahasa cinta kadang pula hadir dengan irama luka bak gesekan
biola sedan mendayu. Terkadang juga ia hadir dengan gelombang musik semangat menggelora.
Namun tak jarang pula ia hadir dengan paduan bahasa mendalam maknawi cinta. Mengalun
mengikuti irama angin berhembus . Membawa angan dan harapan terbang bersama
semilir angin malam. Menyatu bersama tenangnya embun pagi di dedaunan. Meneteskan
padanan rasa ke bumi cinta dan mengalir bersama riak-riak kedamaian sungai
cinta.
Atas landasan
bahasa cinta itulah ia hadir dengan segenap warna dalam kehidupan manusia. Ia
tak semena-mena hadir dengan bahasa suka dan bahagia. Bukan karena cinta egois
dan ingin menguasai katup realitas manusia. Tidak. Justru dengan itu ia
mengajarkan arti kesetiaan dan kekuatan cinta kepada manusia. Sedih dan luka
adalah fragmen citarasa cinta. Menguji sejauh mana kesucian cinta dalam diri
anak manusia. Bilakah karena sedih dan luka lalu ia pergi menjauh dari
kenyataan cinta. Bilakah karena sedih dan luka ia terjatuh dalam nestapa
mendalam. Bilakah karena sedih dan luka ia hampa memandang dunia. Semuanya akan
menjadi antitesa dalam nilai cinta. Sedih dan luka bukan alasan untuk pergi
menjauh, jatuh dalam nestapa dan hampa memandang dunia. Bahwasanya justru
semuanya akan menjadi karang kokoh yang terbentuk dari puing-puing luka yang
menjadi sejarah.
Bahwasanya
karena luka dan sedih itulah yang membuat kita harus terenyah dan haru saat
melihat kisah cinta anak manusia yang tak biasa. Ingatkah kita pada kisah cinta
melegenda Romeo and Juliet karya William Shakespeare, Zahid dan Afirah melalui
kisah cinta anak manusia dari kota Kufah, Qais dan Layla dari daratan Persia,
Zainuddin dan Hayati dalam narasi Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Siti
Nurbaya dan Samsul Bahri dalam kisah Kasih Tak Sampai karya Marah Rusli, Sampek
dan Engtay dalam legenda Romantisme Cina. Apa yang terjadi pada mereka adalah
sebuah realitas luka cinta yang tak biasa. Bilakah kita telah membaca dan
mendalami apa yang tersaji di hadapan kita niscaya kita khan menemukan sebuah
kepedihan teramat mendalam. Dalam.
Saya dan
mungkin juga sebagian besar orang yang memiliki kepekaan rasa yang tinggi
mengalami hal yang sama. Seringkali tatapan nanar mendalam hinggap pada diri
ini ketika kembali membaca kisah mengharu biru dari cinta anak manusia. Cinta
suci yang lahir dari bersihnya jiwa dan lapangnya nurani. Kisah yang membuka
mata batin terdalam kita. Disini kita mendapat pelajaran berharga tentang
kekuatan dan ketulusan cinta. Maknawi itu tersaji saat dua anak manusia yang
saling mencinta namun harus mengalami cobaan cinta saat keduanya tak
dipersatukan dalam sebuah ikatan yang suci. Itulah yang terjadi pada sederet
kisah cinta yang menyejarah tadi. Perih. Pasti kita bisa merasakannya. Disaat itu
pula, kita tak bisa menjamin bahwa diri kita sanggup melakoni apa yang mereka
lakonkan. Melihat dan mendengar kabar bahwa pujaan hati kita bersanding dengan
lelaki atau wanita lain. Ataukah seseorang yang kita harapkan menjadi
pendamping hidup kita pergi meninggalkan kita karena takdir yang menyebabkan ia
tak kuasa lagi menahan perih cinta terpisahkan ruang, jarak dan waktu.
Sebagian kita
mungkin menganggap bahwa hal ini biasa dan lumrah dalam dunia cinta. Bahkan mungkin
kita begitu mudahnya menghakimi para pecinta ini dengan ungkapan sinis
bertopeng moralitas. Menganggap mereka hanyalah orang-orang yang membuang-buang
waktu dengan sesuatu hal yang sia-sia. Namun, pernahkah kita menaruh rasa
kasihan kepada mereka? Pernahkah kita menaruh ruang simpati pada kejadian yang
mereka alami?. Bisa jadi karena sebagian kita tak mampu merasakan apa yang
mereka rasakan. Tak mampu memosisikan diri kita saat mengalami hal yang sama dengan mereka. Mungkin
juga karena sebagian kita tak pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh kepada cinta
yang bernafaskan ketulusan nurani dan rasa. Asli. Cinta suci dan menyucikan. Pada hati yang tertaut karena anugerah terindah dari-Nya. Bukan cinta palsu. Andai saja
bumi mampu bertitah niscaya pastilah ia menitahkan kepada makhluk bumi untuk
jatuh cinta agar setiap jiwa mampu merasakan lukisan kanvas seni cinta seperti
yang mereka alami.
Maka berbahagialah
bagi mereka yang dipersatukan karena putih suci cinta. Cinta yang terbangun
dari tautan rasa sebagai anugerah Ilahi. Inilah cinta yang penuh berkah. Namun sekali
lagi kita harus menyisakan ruang simpati pada mereka yang ditakdirkan tak
bersatu. Diri ini bisa merasakan itu. Sangat. Tak mudah memang. Sampai-sampai
Hayati berkata pada Zainuddin. “engkaulah Zainuddin, yang akan menjadi suamiku
kelak. Bila tidak di dunia, jadilah suamiku di akhirat”. Qais, saat berada
dalam pengasingan cinta yang ia terima, bersembah sujud dan berdoa di altar
Mekah “Wahai Yang Maha Pengasih. Raja Diraja Para Pencinta. Engkau yang
menganugerahkan Cinta. Aku hanya memohon kepada-Mu satu hal saja..tinggikanlah
cintaku sedemikian rupa sehingga sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku
tetap hidup”. Pada akhirnya mereka tak menyatu. Bisakah engkau rasakan? Jujur,
saat menulis artikel ini diri ini tak kuasa menahan haru karenanya. Tulisan ini
lahir dari pemaknaan mendalam akan maknawi cinta. Sungguh.
Hamka berkata lewat coretan
kisahnya..
“Cinta
bukan mengajarkan kita untuk menjadi lemah tetapi membangkitkan kekuatan.
Cinta
bukan mengajarkan kita menghinakan diri tetapi menghembuskan kegagahan.
Cinta
bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat”.
Layaknya hidup
yang senantiasa bentangkan samudera kehidupan. Untuk mengarunginya kita harus
melawan badai, petir dan gelombang tak biasa. Realita cinta kadang tak sesuai
dengan asa. Epos cinta kadang melahirkan antitesa takdir. Namun, seperti yang
pernah kukatakan sebelumnya bahwa takdir juga tak serta merta turun lurus bagai
penggaris tapi ia bisa turun seperti keris yang berkelok-kelok. Maka berdoalah.
Biarlah lantunan doa ketulusan hati yang engkau panjatkan bertemu dan berkelahi
dengan takdir di langit. Pemenangnya pasti khan datang padamu. Doa atau Takdir.
Berdoa dan teruslah berharap moga engkau menemukan gores warna indah di akhir
usahamu. Sedih dan luka adalah hujan ujian cinta. Berharap setelah hujan itu
engkau khan melihat sesuatu yang indah. Pelangi Cinta.
0 comments:
Post a Comment