"MAHASISWA DAN TUNTUTAN PERAN IRON STOCK BANGSA"
MUHAMMAD FADHLY THAHIR
Menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah rangkaian perjalanan hidup bagi
para insan muda yang telah mengikrarkan diri menjadi calon-calon pemimpin masa
depan. Tak cukup rasanya hanya sebatas menjadi pelajar dan mengakhiri
petualangan pendidikan formal di jenjang SMA. Demi meraih masa depan yang lebih
cerah harapan pun telah diapungkan seiring tapak kaki yang telah terpijak di kampus
idaman. Namun kiranya menjadi seorang mahasiswa itu bukanlah sebuah perkara yang
sepele dan hanya menjadi sebuah prestise semata dimata orang tua, keluarga dan
orang lain. Ini tidak lain dan tidak bukan karena tanggung jawab serta peran
seorang mahasiswa itu tidaklah mudah dan hanya
bermodalkan ambisi mengejar prestasi saja dan cita-cita. Ada banyak hal
yang harus menjadi poin penting dalam proses penbetukan jatidiri kemahasiswaan
dan pemahaman utuh tentang tugas, fungsi dan peran sejati seorang mahasiswa
sebagai kaum intelektual di tengah-tengah masyarakat.
Mahasiswa selaku salah satu
ornament dalam masyarakat menjadi salah satu basis massa yang kuat dalam pembentukan
berbagai opini dan arah berpikir masyarakat. Ini semua tidak lepas dari
berbagai peran yang diemban mahasiswa. Salah satunya sebagai iron stock masa
depan bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus yang akan terus melanjutkan
cita-cita para pejuang pendahulu dan terus berkarya demi kemajuan dan harga
diri bangsa. Menjadi sosok pemuda generasi penerus harusnya menjadi sebuah
lecutan semangat bagi para penerus untuk melakukan berbagai macam kerja-kerja
nyata semasa masih di bangku perkuliahan hingga setelah menyadang gelar
sarjana. Bekal yang harus diperbanyak itu
sebenarnya bengitu variatif. Namun, tergantung dari mahasiswa itu
sendiri pada bagaimana ia mau fokus untuk melakukan pengembangan karya itu.
Sejatinya seorang mahasiswa baru
dinamakan mahasiswa sejati jika ia mampu menyeimbangkan antara dunia akademik
dan organisasi. Pada intinya seorang mahasiswa baru dikatakan mahasiswa jika ia
tidak hanya kuliah tapi juga berorganisasi selama kuliah. Hal ini dikarenakan
tuntutan akan status sebagai seorang yang bergelar Maha mengharuskan setiap mahasiswa
untuk tidak hanya cakap dalam disiplin ilmu yang sedang ia geluti namun juga
harus tahu disiplin ilmu lain serta pemantapan soft skill mereka untuk
menigkatkan kapasitas dan kualitas diri. Sehingga nantinya ketika terjun di
masyarakat ilmu yang didapat ketika di bangku perkuliahan mampu
ditransformasikan dengan baik melalui dua aspek yakni bidang intelektualitas
serta kecapakan dalam bersosialisasi dengan luas di berbagai level social
masyarakat.
Masa muda yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia yang
dikehendakinya menikmati hidup hingga tua adalah sebuah jenjang kehidupan yang
paling berharga dan berwarna. Kesemuanya tidak lain dan tidak bukan karena pada
masa mudalah seseorang memiliki kekuatan yang utuh, daya nalar yang akurat,
daya juang yang tinggi, semangat yang berkobar, dan kreatifitas tiada henti.
Kesemuanya adalah poin penting menuju kesuksesan dan kesempurnaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat. Jika kemudian seseorang itu mampu memaksimalkan masa
mudanya maka dialah orang yang paling beruntung dan berbahagia.
Tak disangsikan lagi jikalau
pemuda merupakan tonggak kebangkitan sebuah bangsa dan ummat. Sebuah pernyataan
penuh makna dan inspirasi pernah terlontar dari mulut seorang pemimpin bangsa
ini, Soekarno. Beliau berkata “berikan aku sepuluh orang pemuda maka aku akan
mengguncangkan dunia”. Bukan sebuah pernyataan tanpa esensi. Tetapi memang
benar adanya,pemuda dengan segala potensi yang ada pada dirinya mampu menjadi
pembeda nasib orang-orang disekitarnya. Jika seorang pemuda saja mampu berbuat
banyak maka bagaimana dengan sepuluh orang, dua puluh, seratus, seribu,dan
seterusnya.
Pergerakan mahasiswa yang terus mengalami
perubahan dari masa ke masa dirasakan begitu kuat membawa perubahan pula dalam
hal dan sikap setiap generasi dalam merespon realita kebangsaan. Era
kebangkitan pemuda dimulai pada tahun 1908 dimana pada saat itulah terbentuknya
Boedi Utomo. Gelombang kebangkitan itu terus berlanjut hingga pasca runtuhnya
rezim orde baru pada tahun 1998 yang ditandai dengan bergulirnya era Reformasi.
Sejatinya era reformasi menjadikan kita dan seluruh elemen bangsa ini sudah
semakin maju dengan segala bentuk kebebasan ruang ekspresi yang telah terhampar
dihadapan kita. Begitu pun halnya dengan mahasiswa sebagai generasi penerus
yang diharapkan menjadi pilar-pilar kebangkitan bangsa dan negara.
Setelah semuanya sukses diraih saat itu pula terjadi disorientasi
semangat dikalangan teman-teman mahasiswa. Setelah sukses menjadi agent of change mereka kemudian larut
dalam euphoria kemenangan. Lupa akan tugasnya dalam mengawal reformasi yang
sudah mati-matian diperjuangkan. Kaum muda berada dalam zona nyaman sebagai
imbas dari kesusksesan masa lalu. Hal ini diperparah dengan masuknya gaya hidup
modern secara massif ke Indonesia sejak taun 2000-an. Pergerakan mahasiswa
melemah. Dimana-mana,di semua organ pergerakan mahasiswa mengalami gejala
penurunan semangat kerja dan sinergitas pergerakan pemuda. Bukan hanya organisasi
mahasiswa sayap kiri akan tetapi juga sayap kanan. Bukan hanya organisasi
mahasiswa di bidang pergerakan tapi juga di bidang akademik.
Ada banyak hal yang bisa
dilakukan oleh seorang mahasiswa untuk bisa mewujudkan harapan sebagai generasi
penerus yang handal. Dalam hal akademik seorang mahasiswa haruslah menggali dan
mencoba untuk melakukan berbgai cara agar disiplin ilmu yang geluti betul-betul
menjadi sebuah ladang profesionalitas baginya utnuk melakukan kerja-kerja demi
masa depan yang cerah. Selain itu berkecimpungnya mahasiswa di berbagai level
organisasi sejatinya menjadi pengalaman berharga bagi tiap diri unutk belajar
bagaimana mengasah soft skill mereka sehingga ketika telah melepas status
sebagai civitas akademika kampus dan telah terjun langsung di masyarakat maka
mereka betul-betul telah cakap dan kompeten untuk itu.
Pada akhirnya nanti akan lahir negarawan-negarawan tangguh untuk negeri
ini. Adapun nantinya sehingga harapan
untuk melahirkan generasi handal, berkualitas dan berdaya saing mampu kita
wujudkan demi kesejateraan masyarakat negeri yang kaya raya akan sumber daya
alam dan manusia ini. Sehingga nantinya bangsa ini tak lagi dipandang sebelah
mata oleh negara lain dan kehadirannya terasa dinafikan oleh negara-negara maju
dan selamanya hanya menjadi sapi perahan bagi negara-negara kapitalis untuk mengeruk
kekayaan alam negeri ini.