Friday, September 13, 2013

MELANKOLIK CINTA

MELANKOLIK CINTA

MUHAMMAD FADHLY THAHIR

Dalam sebuah kisah cinta yang agung. Tersemai banyak cerita suka dan duka. Menghadapi kehidupan tanpa cinta. Laksana bumi tanpa hujan. Kering kerontang nan gersang nestapa. Bilakah hujan jatuh membasahi langit. Akan ada banyak cerita lagi yang terjadi. Sakit sang bumi terkena siraman hujan. Bukan damai saja  rasanya. Sakit karena jatuhnya hujan membawa efek samping. Tak ada yang tak sakit jikalau jatuh. Pun adanya bumi juga menjerit. Bahagia dan smrngah diawal bertemu. Tunggulah sakitnya kan mengikuti. Kejamnya jatuh punya melodi sendiri.
Alam realitas punya hak merdeka. Namun bagaimana rasanya menghadapi kemerdekaan tanpa cinta. Hanyalah semu sedan perjalanan roda waktu. Tak ada pelangi memberi warna. Hitam kelam malam bergelayut sepi. Kucoba sandarkan diri pada bayang-bayang seberkas cahaya. Bilakah ingatan berlawanan dengan inginnya hati. Membayangkan wajahmu adalah siksa bagiku. Ada darah dalam balutan rasa. Cinta telah sembunyikan belatinya. Mengiris relung-relung hati bak sembilu. Engkau tak tahu lukaku. Telah cukup dalam menghujam kalbu. Darah suci cinta tak kau tahu telah bersimbah. Hanya aku yang tahu.
Hidup tak hanya lukisan fatamorgana. Menyilaukan dan menipu kasat mata. Memberi harapan namun nestapa nyatanya. Sungguh dunia punya hakim cinta. Diantara banyak pilihan warna. Membagi konsentrasi rasa dan hati. Sungguh dirimu dirinya dan dia menyatu menjadi bayang-bayang mimpi dan realitas. Tak terasa aliran nafas laksana sesak menyiksa. Engkau telah menjadi racun dalam darahku. Mengalir mengikuti lorong-lorong pembuluh darah. Menjalar hingga detak nadiku tak lagi normal. Berpacu pada detak jantungku yang tak biasa. Sungguh lemah aku kini. Fisikku terlihat kuat namun jiwaku telah lemah terbagi. Engkau yang telah mengambil separuh jiwaku. Tak sadar kau telah buatku nelangsa. Duhai jiwa sadarkah dikau disana.
Aku hanyalah seorang anak manusia yang penuh cita dan cinta. Menumpang hidup pada dunia yang sementara. Mencari secuil kebahagiaan dari kerikil kehidupan. Ternyata bahagiaku sama dengan bahagia setiap insan. Ternyata cinta yang membuat aku masih bertahan kini. Karena cinta raga ini terlihat tak rapuh. Meski cinta juga yang menitipkan demam padaku. Aku tak pernah  melihat wujudnya namun terasa dalam setiap helaan nafasku. Kemerdekaan adalah siksa tanpa putih suci cinta. Bagai  malam tanpa rembulan. Siang tanpa sinar mentari. Pagi tanpa tetes embun. Senja tanpa semilir angin. Cahaya tanpa kemilau. Tungku tanpa api. Bejana tanpa air. Duhai bidadari surga dengarlah dan tersenyumlah pada cinta anak manusia.

2 comments:

Unknown
September 13, 2013 at 3:41 PM

Masya ALLAH...Galaunya ini Ka" penulis eeee.....
Tp, keren tulisannya. Bahasanya, diksinya, alur penyampaiannya, isinya, keren...

Unknown
September 15, 2013 at 7:41 PM

ahhh tidak galau ji de..sekedar eksoresi saja itu untuk jadi inspirasi banyak orang

Post a Comment