PEMUDA DAN MAHASISWA,GARDA TERDEPAN PELOPOR
KEBANGKITAN BANGSA
MUHAMMAD FADHLY THAHIR
Ketika
kita mencoba untuk menelaah lebih dalam mengenai masa-masa dalam hidup manusia.
Setiap rentang waktu yang dialami oleh setiap manusia maka kita kemudian akan
menemukan beberapa fase perkembangan dalam diri setiap manusia. Dimulai dari
bayi, balita,anak-anak,remaja,dewasa,dan tua. Disetiap fase itu terdapat
tantangan dari kondisinya masing-masing. Selain tantangan ada pula ciri khas
dari setiap fase. Dari sekian fase ada kemudian fase atau masa dimana seseorang
itu mencapai puncak kejayaan dari berbagai kondisi. Hal ini bisa dilihat dari
berbagai sisi kehidupan. Masa itu adalah masa muda yakni tepatnya saat remaja
dan dewasa.
Masa muda yang
diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia yang dikehendakinya menikmati
hidup hingga tua adalah sebuah jenjang kehidupan yang paling berharga dan
berwarna. Kesemuanya tidak lain dan tidak bukan karena pada masa mudalah
seseorang memiliki kekuatan yang utuh, daya nalar yang akurat, daya juang yang
tinggi, semangat yang berkobar, dan kreatifitas tiada henti. Kesemuanya adalah
poin penting menuju kesuksesan dan kesempurnaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Jika kemudian seseorang itu mampu memaksimalkan masa mudanya maka
dialah orang yang paling beruntung dan berbahagia.
Tak
disangsikan lagi jikalau pemuda merupakan tonggak kebangkitan sebuah bangsa dan
ummat. Sebuah pernyataan penuh makna dan inspirasi pernah terlontar dari mulut
seorang pemimpin bangsa ini,Soekarno. Beliau berkata “berikan aku sepuluh orang
pemuda maka aku akan mengguncangkan dunia”. Bukan sebuah pernyataan tanpa
esensi. Tetapi memang benar adanya,pemuda dengan segala potensi yang ada pada
dirinya mampu menjadi pembeda nasib orang-orang disekitarnya. Jika seorang
pemuda saja mampu berbuat banyak maka bagaimana dengan sepuluh orang,dua puluh,seratus,seribu,dan
seterusnya.
Melihat kondisi
Indonesia pada saat ini,terlebih kepada kondisi penduduknya. Maka,bisa kita
lihat dari data kependudukan terkini jikalau jumlah penduduk Indonesia yang
masuk kategori muda itu persentasenya sangat banyak. Bahkan persentase pemuda
Indonesia berbanding sedikit saja dengan golongan anak-anak digabungkan
golongan orang tua. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya bangsa kita memiliki
potensi yang sangat besar dari segi pemudanya. Jikalau kemudian kita mampu
menerawang jauh kedepan dengan teropong kebangsaan maka kita sudah mampu
melihat bagaimana kondisi bangsa ini 20,30,40 dan berpuluh-puluh tahun kedepan
dengan keadaan pemudanya.
Permasalahan
pemuda kekinian begitu kompleks dengan berbagai situasi dan kondisinya. Terkhusus
kepada permasalahan kepemudaan di negara tercinta kita,Indonesia. Indonesia
dengan berbagai macam potensi alamnya dan potensi sumber daya manusianya sudah
sejatinya menjadi negara maju dan sejahtera disegala lini kehidupan. Akan
tetapi menjadi sebuah pertanyaan besar adalah mengapa sampai saat ini kita masih
terpuruk dengan berbagai permaslahan yang melanda negeri kita yang datang silih
berganti. Jawabannya adalah karena negeri kita gagal memamfaatkan potensi
pemuda. Bukankah sebuah pernyataan yang bisa menjadi renungan bagi kita bahwa
jika kita ingin melihat nasib bangsa ini 10 tahun ke depan maka lihatlah
keadaan pemudanya hari ini.
Bagaimanakah
keadaan pemuda kita pada hari ini? Jawabnya beragam dan merujuk pada suatu
permasalahan yaitu pemuda Indonesia mengalami degradasi moral dan akhlak yang
begitu parah. Pemuda indonesia kini tak lagi menjadi sosok pemuda dimasa lalu
yang begitu gigih memperjuangkan identitas dirinya dengan sebuah kesadaran
bahwa masa muda adalah masa yang sangat tepat untuk memaksimalkan potensi diri.
Lihatlah sekarang bagaimana muda mudi bangsa ini sudah sangat jauh dari
nilai-nilai agama mereka masing-masing, dekat dengan foya-foya, kehidupan
glamor, runtuhnya etika berkehidupan, hilangnya nilai-nilai sosial, dan
mudahnya mereka jatuh kelembah hitam. Tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan yang
dialami oleh sebagian besar pemuda indonesia saat ini tak jauh dari efek
modernitas dan globalisasi yang begitu besar merasuk kesemua sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat. Imbas dari pengaruh luar yang begitu besar dan tak
mampu dikelola dengan baik sehingga melahirkan generasi-generasi yang lebih
individualis, materialistis, hedon,dan tak mengenal etika dalam bermasyarakat.
Nilai-nilai ketimuran yang begitu luhur pelan namun pasti hilang tergantikan
budaya barat yang sebenarnya tidak semuanya sesuai dengan kondisi bangsa dan
negara kita.
Degradasi
moral dan akhlak pemuda indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak era tahun
1990-an,namun pada saat itu masih belum begitu terasa karena nilai-nilai
keagamaan dan sosial kemasyarakatan masih begitu kuat. Nanti pada akhir tahun
1990-an yaitu tepatnya pada 1999 dan diawal era globalisasi 2000-an
sinyal-sinyal akan kemerosotan moral bangsa mulai terasa semakin kuat. Ditambah
lagi dengan maraknya ekspansi produk dari luar negeri masuk ke tanah air dan
kongkalikong birokrasi dengan pihak luar semakin mempermudah akses masuknya
pengaruh budaya barat yang begitu kuat di dalam negeri. Tidak mengherankan
kemudian jika di era tahun 2000-an sudah tak asing lagi di telinga dan mata
kita melihat di TV dan membaca di surat kabar banyaknnya film-film seks
diperjualbelikan dengan bebas,majalah-majalah porno,ditambah lagi masuknya
narkoba seperti heroin,morfin,ganja,dan
sebagainya,ada lagi gaya berpakaian ala barat yang semakin menambah deretan
panjang peluru-peluru kenikmatan dunia merasuk ke kehidupan masyarakat
indonesia utamanya pemuda.
Imbas
dari semua yang ada telah bisa kita rasakan. Pemuda Indonesia khususnya dan
masyarakat indonesia umumnya yang dulunya begitu menjunjung tinggi nilai gotong
royong dalam kehidupan sehari-hari mulai beralih ideologi menjadi individualis
yang mementingkan diri mereka sendiri, yang kaya semakin kaya yang miskin
semakin miskin, tatakrama di lingkup keluarga sudah mulai hilang yang ada
adalah anak-nak sudah tidak sungkan-sungkan lagi menentang orang tuanya dan
tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama dan hidup, petuah-petuah agama
ditinggalkan akan tetapi jika ada konser musik maka itulah yang digandrungi,
tak ada lagi usaha untuk mendapatkan sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri
semuanya bergantung pada orang tua, nilai-nilai sejarah bangsa dilupakan dan
digantikan dengan nilai budaya modern, kehidupan yang sudah glamor identik
dengan senang-senang, foya-foya, kehidupan malam, kesadaran untuk belajar demi
masa depan yang cerah menurun drastis digantikan dengan bermain dan
bersenang-senang setiap saat setiap hari. Masih banyak lagi jikalau kita mau
menjadikannya sebuah daftar suram maka ntah hingga halaman berapa daftar suram itu
akan habis.
Sebuah
riwayat panjang bangsa ini dan riwayat perjalanan pemudanya telah memasuki
berbagai dekade. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda juga menagalami krisis
identitas diri. Mahasiswa Indonesia dulu dan sekarang begitu berbeda. Bukan
karena segi waktu akan tetapi dari segi situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi. Mahasiswa selaku kaum
intelektual seyogyanya menjadi pelopor kebangkitan bangsa. Ntah kenapa
sejak tumbangnya orde baru di tahun 1998 yang ditandai dengan kesuksesesan
terbesar kalangan mahasiswa pada saat itu,sangat sulit untuk kembali terulang
dimasa kini. Ada nilai-nilai yang hilang dari kondisi mahasiswa kekinian. Sudah
sangat sulit untuk menyatukan seluruh elemen mahasiswa di Indonesia dengan
latar dan corak yang berbeda-beda. Jangankan antara kampus yang satu dengan
yang lainnya. Antara satu almamater pun sangat sulit untuk disatukan. Sadar
atau tidak kondisi seperti inilah yang membuat semangat kebersamaan dan
kesatupaduan mahasiswa hilang dan tergerus oleh zaman. Demo atau aksi yang
sering dilakukan oleh mahasiswa cenderung bersifat kelompok-kelompok dan tidak
menyatu dengan yang lainnya. Hal ini diperparah dengan hilangnya semangat
aktivisme yang ada dalam diri sebagian besar mahasiswa. Banyak yang menjadi
mahasiswa akademisi tulen dan tidak menyadari bahwa ditiap-tiap diri mereka ada
sebuah amanat dan kewajiban yang harus mereka perhatikan,yaitu sebagai
penyambung lidah masyarakat,sebagai pembela kepentingan rakyat dan sekaligus
sebagai generasi penerus bangsa.
Kembali
pemerintah mengambil kebijakan yang sama sekali tidak pro rakyat. Memilih untuk
menaikkan harga BBM menanggapi naiknya harga minyak dunia. Sebuah tindakan yang
hanya menjadikan rakyat Indonesia menjadi korban untuk kesekian kalinya. Masih
banyak kemudian langkah yang bisa diambil oleh pemerintah dalam mennyikapi
naiknya harga BBM. Berbagai upaya telah dilalkukan oleh pemerintah dalam upaya
meredam pergerakan mahasiswa dan masyarakat. Yang paling terkini adalah
pemberian jatah beasiswa kepada apara aktivis untuk plesiran ke Cina di awal
april nanti sebagai bentuk iming-iming dari kenaikan BBM. Sebuah tindakan
konyol dan sangat licik untuk meredam pergerakan mahassiwa dalam bersatu
menolak kenaikan BBM. Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita selaku pemuda Indonsia
selaku mahasiswa Indonesia untuk bersatu menjadikan isu kenaikan BBM ini
sebagai momentum kebangkitan kita layaknya di era 1998.
Sudah saatnya
mahasiswa Indonesia sadar akan posisinya. Sebagai insan terpelajar yang
dihargai dengan gelar “Maha” seharusnya lebih sadar akan kondisi masyarakat dan
kondisi kebangsaan saat ini. Siapa lagi yang akan peduli dan memilki kekuatan
untuk melakukan perubahan itu jikalau bukan kita selaku seorang mahasiswa.
Mahasiswa Indonesia harus sadar dan bangkit dari tidur panjangnya. Membuka
mata, hati dan pikiran tidak hanya menggapai gelar dengan ilmu yang diperoleh
tetapi juga menjadi bagian dari garda terdepan dalam membela kepentingan rakyat
hingga menuju sebuah cita-cita yang mulia yang kita dambakan bersama yaitu Indonesia
maju, adil, sejahtera dan bermartabat.
*Dimuat di majalah TRIAS KAMMI UNHAS*