Sunday, July 14, 2013



PEMUDA DAN MAHASISWA,GARDA TERDEPAN PELOPOR
KEBANGKITAN BANGSA

MUHAMMAD FADHLY THAHIR
 



            Ketika kita mencoba untuk menelaah lebih dalam mengenai masa-masa dalam hidup manusia. Setiap rentang waktu yang dialami oleh setiap manusia maka kita kemudian akan menemukan beberapa fase perkembangan dalam diri setiap manusia. Dimulai dari bayi, balita,anak-anak,remaja,dewasa,dan tua. Disetiap fase itu terdapat tantangan dari kondisinya masing-masing. Selain tantangan ada pula ciri khas dari setiap fase. Dari sekian fase ada kemudian fase atau masa dimana seseorang itu mencapai puncak kejayaan dari berbagai kondisi. Hal ini bisa dilihat dari berbagai sisi kehidupan. Masa itu adalah masa muda yakni tepatnya saat remaja dan dewasa.  
              Masa muda yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia yang dikehendakinya menikmati hidup hingga tua adalah sebuah jenjang kehidupan yang paling berharga dan berwarna. Kesemuanya tidak lain dan tidak bukan karena pada masa mudalah seseorang memiliki kekuatan yang utuh, daya nalar yang akurat, daya juang yang tinggi, semangat yang berkobar, dan kreatifitas tiada henti. Kesemuanya adalah poin penting menuju kesuksesan dan kesempurnaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Jika kemudian seseorang itu mampu memaksimalkan masa mudanya maka dialah orang yang paling beruntung dan berbahagia.

         Tak disangsikan lagi jikalau pemuda merupakan tonggak kebangkitan sebuah bangsa dan ummat. Sebuah pernyataan penuh makna dan inspirasi pernah terlontar dari mulut seorang pemimpin bangsa ini,Soekarno. Beliau berkata “berikan aku sepuluh orang pemuda maka aku akan mengguncangkan dunia”. Bukan sebuah pernyataan tanpa esensi. Tetapi memang benar adanya,pemuda dengan segala potensi yang ada pada dirinya mampu menjadi pembeda nasib orang-orang disekitarnya. Jika seorang pemuda saja mampu berbuat banyak maka bagaimana dengan sepuluh orang,dua puluh,seratus,seribu,dan seterusnya.    
        Melihat kondisi Indonesia pada saat ini,terlebih kepada kondisi penduduknya. Maka,bisa kita lihat dari data kependudukan terkini jikalau jumlah penduduk Indonesia yang masuk kategori muda itu persentasenya sangat banyak. Bahkan persentase pemuda Indonesia berbanding sedikit saja dengan golongan anak-anak digabungkan golongan orang tua. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya bangsa kita memiliki potensi yang sangat besar dari segi pemudanya. Jikalau kemudian kita mampu menerawang jauh kedepan dengan teropong kebangsaan maka kita sudah mampu melihat bagaimana kondisi bangsa ini 20,30,40 dan berpuluh-puluh tahun kedepan dengan keadaan pemudanya.
          Permasalahan pemuda kekinian begitu kompleks dengan berbagai situasi dan kondisinya. Terkhusus kepada permasalahan kepemudaan di negara tercinta kita,Indonesia. Indonesia dengan berbagai macam potensi alamnya dan potensi sumber daya manusianya sudah sejatinya menjadi negara maju dan sejahtera disegala lini kehidupan. Akan tetapi menjadi sebuah pertanyaan besar adalah mengapa sampai saat ini kita masih terpuruk dengan berbagai permaslahan yang melanda negeri kita yang datang silih berganti. Jawabannya adalah karena negeri kita gagal memamfaatkan potensi pemuda. Bukankah sebuah pernyataan yang bisa menjadi renungan bagi kita bahwa jika kita ingin melihat nasib bangsa ini 10 tahun ke depan maka lihatlah keadaan pemudanya hari ini.  
        Bagaimanakah keadaan pemuda kita pada hari ini? Jawabnya beragam dan merujuk pada suatu permasalahan yaitu pemuda Indonesia mengalami degradasi moral dan akhlak yang begitu parah. Pemuda indonesia kini tak lagi menjadi sosok pemuda dimasa lalu yang begitu gigih memperjuangkan identitas dirinya dengan sebuah kesadaran bahwa masa muda adalah masa yang sangat tepat untuk memaksimalkan potensi diri. Lihatlah sekarang bagaimana muda mudi bangsa ini sudah sangat jauh dari nilai-nilai agama mereka masing-masing, dekat dengan foya-foya, kehidupan glamor, runtuhnya etika berkehidupan, hilangnya nilai-nilai sosial, dan mudahnya mereka jatuh kelembah hitam. Tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan yang dialami oleh sebagian besar pemuda indonesia saat ini tak jauh dari efek modernitas dan globalisasi yang begitu besar merasuk kesemua sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Imbas dari pengaruh luar yang begitu besar dan tak mampu dikelola dengan baik sehingga melahirkan generasi-generasi yang lebih individualis, materialistis, hedon,dan tak mengenal etika dalam bermasyarakat. Nilai-nilai ketimuran yang begitu luhur pelan namun pasti hilang tergantikan budaya barat yang sebenarnya tidak semuanya sesuai dengan kondisi bangsa dan negara kita. 
      Degradasi moral dan akhlak pemuda indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak era tahun 1990-an,namun pada saat itu masih belum begitu terasa karena nilai-nilai keagamaan dan sosial kemasyarakatan masih begitu kuat. Nanti pada akhir tahun 1990-an yaitu tepatnya pada 1999 dan diawal era globalisasi 2000-an sinyal-sinyal akan kemerosotan moral bangsa mulai terasa semakin kuat. Ditambah lagi dengan maraknya ekspansi produk dari luar negeri masuk ke tanah air dan kongkalikong birokrasi dengan pihak luar semakin mempermudah akses masuknya pengaruh budaya barat yang begitu kuat di dalam negeri. Tidak mengherankan kemudian jika di era tahun 2000-an sudah tak asing lagi di telinga dan mata kita melihat di TV dan membaca di surat kabar banyaknnya film-film seks diperjualbelikan dengan bebas,majalah-majalah porno,ditambah lagi masuknya narkoba  seperti heroin,morfin,ganja,dan sebagainya,ada lagi gaya berpakaian ala barat yang semakin menambah deretan panjang peluru-peluru kenikmatan dunia merasuk ke kehidupan masyarakat indonesia utamanya pemuda. 
             Imbas dari semua yang ada telah bisa kita rasakan. Pemuda Indonesia khususnya dan masyarakat indonesia umumnya yang dulunya begitu menjunjung tinggi nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari mulai beralih ideologi menjadi individualis yang mementingkan diri mereka sendiri, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, tatakrama di lingkup keluarga sudah mulai hilang yang ada adalah anak-nak sudah tidak sungkan-sungkan lagi menentang orang tuanya dan tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama dan hidup, petuah-petuah agama ditinggalkan akan tetapi jika ada konser musik maka itulah yang digandrungi, tak ada lagi usaha untuk mendapatkan sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri semuanya bergantung pada orang tua, nilai-nilai sejarah bangsa dilupakan dan digantikan dengan nilai budaya modern, kehidupan yang sudah glamor identik dengan senang-senang, foya-foya, kehidupan malam, kesadaran untuk belajar demi masa depan yang cerah menurun drastis digantikan dengan bermain dan bersenang-senang setiap saat setiap hari. Masih banyak lagi jikalau kita mau menjadikannya sebuah daftar suram maka ntah hingga halaman berapa daftar suram itu akan habis. 
           Sebuah riwayat panjang bangsa ini dan riwayat perjalanan pemudanya telah memasuki berbagai dekade. Mahasiswa sebagai bagian dari pemuda juga menagalami krisis identitas diri. Mahasiswa Indonesia dulu dan sekarang begitu berbeda. Bukan karena segi waktu akan tetapi dari segi situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Mahasiswa selaku kaum  intelektual seyogyanya menjadi pelopor kebangkitan bangsa. Ntah kenapa sejak tumbangnya orde baru di tahun 1998 yang ditandai dengan kesuksesesan terbesar kalangan mahasiswa pada saat itu,sangat sulit untuk kembali terulang dimasa kini. Ada nilai-nilai yang hilang dari kondisi mahasiswa kekinian. Sudah sangat sulit untuk menyatukan seluruh elemen mahasiswa di Indonesia dengan latar dan corak yang berbeda-beda. Jangankan antara kampus yang satu dengan yang lainnya. Antara satu almamater pun sangat sulit untuk disatukan. Sadar atau tidak kondisi seperti inilah yang membuat semangat kebersamaan dan kesatupaduan mahasiswa hilang dan tergerus oleh zaman. Demo atau aksi yang sering dilakukan oleh mahasiswa cenderung bersifat kelompok-kelompok dan tidak menyatu dengan yang lainnya. Hal ini diperparah dengan hilangnya semangat aktivisme yang ada dalam diri sebagian besar mahasiswa. Banyak yang menjadi mahasiswa akademisi tulen dan tidak menyadari bahwa ditiap-tiap diri mereka ada sebuah amanat dan kewajiban yang harus mereka perhatikan,yaitu sebagai penyambung lidah masyarakat,sebagai pembela kepentingan rakyat dan sekaligus sebagai generasi penerus bangsa. 
         Kembali pemerintah mengambil kebijakan yang sama sekali tidak pro rakyat. Memilih untuk menaikkan harga BBM menanggapi naiknya harga minyak dunia. Sebuah tindakan yang hanya menjadikan rakyat Indonesia menjadi korban untuk kesekian kalinya. Masih banyak kemudian langkah yang bisa diambil oleh pemerintah dalam mennyikapi naiknya harga BBM. Berbagai upaya telah dilalkukan oleh pemerintah dalam upaya meredam pergerakan mahasiswa dan masyarakat. Yang paling terkini adalah pemberian jatah beasiswa kepada apara aktivis untuk plesiran ke Cina di awal april nanti sebagai bentuk iming-iming dari kenaikan BBM. Sebuah tindakan konyol dan sangat licik untuk meredam pergerakan mahassiwa dalam bersatu menolak kenaikan BBM. Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita selaku pemuda Indonsia selaku mahasiswa Indonesia untuk bersatu menjadikan isu kenaikan BBM ini sebagai momentum kebangkitan kita layaknya di era 1998. 
        Sudah saatnya mahasiswa Indonesia sadar akan posisinya. Sebagai insan terpelajar yang dihargai dengan gelar “Maha” seharusnya lebih sadar akan kondisi masyarakat dan kondisi kebangsaan saat ini. Siapa lagi yang akan peduli dan memilki kekuatan untuk melakukan perubahan itu jikalau bukan kita selaku seorang mahasiswa. Mahasiswa Indonesia harus sadar dan bangkit dari tidur panjangnya. Membuka mata, hati dan pikiran tidak hanya menggapai gelar dengan ilmu yang diperoleh tetapi juga menjadi bagian dari garda terdepan dalam membela kepentingan rakyat hingga menuju sebuah cita-cita yang mulia yang kita dambakan bersama yaitu Indonesia maju, adil, sejahtera dan bermartabat.

                                    *Dimuat di majalah TRIAS KAMMI UNHAS*